Wednesday, May 22, 2013

Tentang Entrok


Ada yang tahu apa itu entrok? Entrok adalah sebuah kosa kata dari bahasa jawa yang artinya Bra atau BeHa. Ini adalah kosa kata dari jawa bagian agak tengah kebarat- baratan alias daerah Tegal dan sekitarnya. Gue mengenal kata entrok ketika membaca novel mbak Okky madasari, dia menulis sebuah novel yang berjudul ‘entrok’ terbitan gramedia.

Didalam novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak yang baru beranjak dewasa untuk memiliki entrok tersebut. Pada waktu itu sekitar tahun 50an didaerah Magetan, entrok merupakan sesuatu yang masih langka, hanya kalangan tertentu saja yang bisa memiliki dan memakainya.
Namanya Sumarni, bocah perempuan yang berasal dari keluarga yang sangat miskin. Setelah ditinggal ayahnya minggat dia hidup sebatangkara dengan si mboknya, sehari- hari singkong adalah makanan utamanya, itu pun didapat dari kerja keras si mbok seharian jadi buruh kupas singkong di pasar, satu kilo hasil ngupas singkong dibayar dengan satu buah singkong.

Suatu ketika dia melihat sepupunya yang bernama Tinah memakai  entrok, Sumarni menjadi sangat menggebu- gebu untuk bisa memiliki entrok seperti yang dipakai oleh sepupunya itu. Dalam benaknya dengan memakai entrok  dia akan bisa berlari dengan leluasa, tanpa takut akan terganggu dengan payudaranya yang mulai mringkili, hahaha Rada- rada parno sih sebenernya nyeritain ini.
Akan tetapi dari apa yang disebut enrok ini, Sumarni jadi bisa memotong rantai kemiskinan dalam hidupnya. 

Dia tidak mau seperti perempuan- perempuan kere di desanya, yang sudah puas dengan hanya diupah singkong sewaktu menjadi buruh. Dia memutuskan untuk menjadi kuli seperti laki- laki di desanya, karena hanya dengan menjadi kuli dia bisa mendapatkan uang.

Beberapa hari nguli Marni mampu menghasilkan beberapa rupian uang, ditabunglah uang itu kedalam wadah dari bambu. Setelah dirasa uang yang dikumpulkannya itu cukup akhirnya Sumarni  membeli apa yang di idam- idamkannya, entrok. Akan tetapi setelah mendapat entrok, dia tidak lantas berpuas diri, dia tetap nekat menjadi kuli hingga memiliki tabungan uang yang lumayan banyak. Dihitung- hitungnya uang itu, kemudian dia berfikir untuk membelanjakan uang- uang itu dengan berbagai keperluan dapur dan di jual kerumah- rumah. Dia berfikir dengan berjualan ke rumah- rumah maka orang yang malas untuk ke pasar akan membeli dagangannya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, dagangan Sumarni semakin besar. Kemudian dia menikah dengan Tejo pemuda desanya yang bekerja sebagai kuli di pasar. Usahanya berlanjut dengan dagangan uang, ia meminjamkan uang- uangnya ke tetangga dengan catatan harus membayar dengan bunga 10 %, semakin lama usaha Sumarni semakin besar dan besar, meskipun banyak yang menentang dengan alasan kerjaan Sumarni adalah rentenir dan lain sebagainya. Sumarni tek bergeming, toh yang mencela itu juga meminjam uang darinya.

Semakin hari Sumarni semakin kaya, dia menjelma sebagai konglomerat baru didesanya, seorang anak buruh pengupas singkong yang setiap hari hanya kenal singkong bisa menjadi konglomerat didesanya, dan kekayaannya melebihi para pamong- pamong desa dan para priyayi. Banyak yang menuduh dia memelihara tuyul atau meminta pesugihan.

Didalam novel ini, juga menceritakan bagaimana kiprah orang- orang berseragam ijo loreng- loreng yang katanya pahlawan dan tugasnya mengamankan rakyat alias para tentara. Akan tetapi yang sebenarnya mereka adalah kumpulan orang yang paling berkuasa, menyiksa orang semanunya, menebar ancaman sana- sini dan setiap dua minggu sekali dia ke rumah Sumarni untuk meminta uang tagihan keamanan.

Disini juga diceritakan bagaimana pergolakan batin antara Sumarni dan anaknya. Sang anak yang bernama Rahayu disekolahkan oleh Sumarni, akan tetapi dari sekolah tersebut malah membuat Rahayu membenci Sumarni. Rahayu menganggap kalau Sumarni ibunya itu syirik karena selalu membuat sesajen berupa pangangan- panggangan di hari- hari tertentu. Sumarni tidak merasa sebagai orang yang syirik, karena cara seperti itulah yang diajarkan oleh ibu Sumarni pada masa lampau. Iya disini Sumarni sebenarnya adalah non- muslim, dia masih percaya dengan leluhur. Akan tetapi Rahayu tetap saja menganggapnya salah, tanpa mau mengajarkan bagaimana ajaran Islam yang diyakininya,

Perang batin antara ibu dan anak itu berlanjut hingga Rahayu memutuskan untuk kuliah di Jogjakarta. Disana dia masuk dalam kelompok pengajian yang membawanya terlibat dalam membantu warga mempertahankan tanah lahir mereka dari rencana pemerintah untuk menggusur dan menjadikannya sebagai waduk.   
Akibat dari kejadian ini Rahayu ditangkap oleh para tentara dan dipenjara, hingga kemudian enam bulan setelahnya dia bebas. Akan tetapi kebebasannya ini tidaklah kebebasan dengan kebahagiaan, Rahayu mendapat stempel yang sama dengan orang- orang PKI di KTPnya. Hal inilah yang membuat Sumarni sangat terpukul, anaknya di kuliahkan dengan memeras keringat tanpa kenal lelah, semua dijalani untuk membiayai sekolah anaknya itu. Akan tetapi ketika selesai kuliah dia mendapati anaknya dianggap PKI oleh pemerintah.

Dan dengan adanya stempel PKI di KTP Rahayu maka itu berarti menutup semua aksesnya, dia tidak akan lagi mendapat akses untuk bekerja menjadi pegawai seperti yang dicita- citakan oleh Sumarni ibunya. Bahkan orang akan berfikir seribu kali untuk hanya sekedari menikahinya. Hal inilah yang pada akhirnya membuat Sumarni kalap dan menjadi gila. 

2 comments:

  1. Aku yg orang jawa baru tw itu namanya entrok mas, :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak sama, saya juga. baru tahu abis baca novel itu.

      Delete