Sunday, April 28, 2013

Susahnya Parkir Motor di Plaza Indonesia



Baru sadar ternyata ada beberapa Mall/ Plaza di Indonesia yang tidak menyediakan tempat parkir bagi pengunjungnya yang bawa motor. ya salah satunya adalah Plaza Indonesia, sebuah Mall/ Plaza yang bisa dibilang Elite di Ibu Kota, terletak disekitaran bundaran Hotel Indonesia (HI). Entah karena faktor apa hingga penyelenggara gedung tidak memfasilitasi tempat parkir bagi pengunjung yang membawa motor.

Waktu itu pernah gue dateng kesana, selama hampir lima tahun hidup di Jakarta baru pertama kalinya itu gue dateng ke Plaza Indonesia. Selain karena tempatnya yang jauh dari tempat gue tinggal, juga lebih dikarenakan tidak pernah ada keperluan yang mengharuskan gue untuk kesana. Singkat cerita karena pertama kali gue kesana dan membawa motor maka hal pertama yang harus gue cari adalah parkiran motor. Gue menyusuri semua pintu masuk ke Mall tersebut akan tetapi tidak ada pintu khusus yang disediakan untuk pengendara motor.

Akhirnya gue nanya sama satpam di area Plaza Indonesia tersebut, “maaf pak, kalau parkir motor disini dimana ya?” tanya gue. “lurus aja dek, nanti belok kanan parkiran ada disana” jawab satpam. Gue awalnya berfikir itu adalah pintu masuk belakang mall, akan tetapi setelah gue kesana ternyata yang ada adalah ramai berjejer motor dipinggir jalan disebuah pinggiran kali.

“oh, ternyata kalau parkir motor itu disini, kirain dalem mall..”kata gue dalem hati. Iya parkiran disini dikelola oleh warga setempat, ditempatkan disisi- sisi jalan dan juga rumah- rumah warga yang memang khusus dijadikan parkiran motor. Namun yang paling dominan adalah parkir ditepian jalan, motor dibariskan dengan rapi di tepian jalanan dan dijaga oleh beberpa pemuda yang memang bertugas untuk memarkir motor.

Kalau dipikir, sebenarnya apa alasan kontraktor gedung tidak menyediakan tempat parkir motor? Apa mungkin Plaza Indonesia ini sengaja di design untuk para pengunjung yang bermobil saja, dengan kata lain ingin menimbulkan sebuah image bahwasanya Plaza Indonesia ini adalah tempat mainnya para konglo merat/ orang kaya saja. Meskipun memang di design seperti itu tapi kan tetap saja ada karyawan- karyawan Mall yang tentunya pada nggak bermobil, mereka kan juga seharusnya diberikan alokasi untuk tempat parkir motornya di dalam Mall, karena jujur saja ketika parkir dipinggiran jalan (diluar Mall) tinggkat keamanannya masih dipertanyakan. Karena bukan hanya letaknya yang dipinggir jalan dan tempat terbuka tapi sistem pengamanannya juga tidak memakai sistem karcis atau menunjukan STNK ketika mengambil motornya. Ketika mau ambil motor ya tinggal ambil saja dan membayar sebesar Rp. 4000 kepadada penjaganya.

Mall ini (Plaza Indonesia) bagi gue menunjukan kalau ternyata Gap antara si miskin dengan si kaya masih ada, si kaya bisa melenggang masuk dengan aman, sedangkan si miskin masih harus masuk dengan perasaan tidak aman, si miskin masih harus ketar- ketir terhadap hartanya yang diparkir diluaran sana (motor), karena ketika motor hilang belum tentu ada garansi ganti rugi dari pengelola parkir motornya. Selain itu parkir dipinggiran jalan tentunya akan sangat mengganggu aktivitas lalu lintas di jalan tersebut. |  

Tuesday, April 23, 2013

Warung Solo yang Cetar Membahana Badai Tsunami


Didaerah yang bernama Ciputat tepatnya disekitar UIN Jakarta terdapat sebuah warung nasi yang sangat cetar membahana badai dst, kenapa gue menyebutnya demikian?  Cetar Membahana Badai  ini gue artikan sebagai sebuah ungkapan untuk sebuah warung yang sangat ramai bangettttt dan buka 24 jam...

Tentu ada banyak faktor sehingga warung itu bisa mendapatkan julukan cetar membahana badai dari gue. Pertama dari segi letak geografisnya, bukan karena letaknya yang dilalui oleh dua samudra atau ditengah- tengah tiga benua akan tetapi yang membuatnya cetar adalah letaknya yang sangat strategis yaitu dipertigaan polsek Ciputat, loh kan Cuma pertigaan itu sih biasa saja!! Eits, tunggu dulu selain karena letaknya dipertigaan didepannya juga pas banget dengan tempat angkot ngetemp (mangkal) otomoatis bakan banyak orang lalu lalang disana, siapa tau kan karena lama nunggu angkot ngetemp dia iseng beli es, atau bahkan membungkus nasi, selain itu juga terdapat pangkalan ojek disebelahnya, kalau tukang ojeknya lapar kemana coba beli makannya? Nggak mungkin banget kan dia bakal pulang dulu kerumah buat makan siang, yaa kalau rumahnya dekat, lha kalau jauh gimana? Tentu bagi mereka warung itu adalah sebuah tempat makan yang ideal, oh ya satu lagi yang membuatnya semakin cetar membahana tempatnya itu tidak jauh dari kampus UIN, biasa mahasiswa kalau makannya nggak diwarteg (Warung Tegal) ya sejenis warsol (Warung Solo) kayak gitu, maklumin saja kantong mahasiswa.

Terus faktor yang kedua adalah dikarenakan masakannya yang lumayan enak di mulut (nggak tau ya kalau selain dimulut, tapi emang ada orang makan nggak pake mulut? Nggak adalah..) ini sih sebenarnya relatif, karena lidah orang masing- masing ada yang merasa enak ada yang jadi terasa pait. Tapi kalau kalian nyobain makan disitu dan terasa pait maka segeralah ke dokter siapa tahu keracunan, apaaa sihhh gak jelasss... ya intinya kalau makanannya nggak enak itu sangat mustahil bisa seramai itu. Oke setelah mengupas tuntas tentang letak geografis dan rasa makannya kini saatnya membahas yang paling Wawww... apakah itu? Ya apalagi kalau bukan harganya yang murah, iya murah banget harganya (murah juga relatif sih, tapi gue ambil sampel pada umumnya saja), kalau gue ngebandingin ditempat lain tentu ini lebih murah, gue pernah beli Nasi, pake sayur terong sama gorengan tempenya dua, itu Cuma dihargain 4 ribu saja lho.. ya sekarang dipikir saja, mana ada warung yang bisa ngasih makan kenyang dengan harga 4 ribu saja? Ini Jakarta lhoo....

Ah, yasudahlah gue mau makan dulu.. laper sangat ini, yang jelas gue cuma berbagi saja ditulisan ini. Bukan bermaksud untuk promo warung yang tersebut diatas, karena meskipun gue nulis panjang lebar disini juga gue nggak bakal dapet diskon dari sana, ya masak 4 ribu saja masih minta diskon,. Entar ngomel lagi yang jual “udah mas, bawa pulang saja 4 ribu kok minta diskon” kalau gue diomelin seperti itu kan jadi tengsin juga. Kalau ada yang mau nyobain ya monggo, kalau nggak mau nyobain makan disitu ya ndak masalah buet gue tapi terimakasih udah baca tulisan gue yang ini... heuheuheu.  Oh ya satu lagi nama warungnya “Warjok”...

Thursday, April 18, 2013

Celana Dalam Yang Tertukar


Suatu hari gue bingung nyari jemuran gue, perasaan gue kemaren ngejemur banyak pakaian tapi kok nggak ada sama sekali ya.. “Ah paling udah diangkatin sama ibu kos dan dimasukin lemari gue” pikir gue.

Gue langsung masuk kamar dan ngecek isi lemari gue, dan pas gue buka ternyata nggak ada juga jemuran gue. Kemana yaa...???
Hari itu kebetulan anak ibu kos gue yang paling kecil yang umurnya sekitar  3 tahunan sedang sakit, katanya sih demamnya sangat tinggi dan kejang- kejang. Ngeri juga kalau anak kecil sakit demam yang tinggi, takutnya berimbas ke sakit yang lebih parah. Akhirnya pekerjaan rumah sehari – hari ibu kos gue mulai dari masak, nyuci dan lainnya di handle sama keluarganya (waktu itu banyak keluarganya yang pada datang ke rumah), nah gue ngerinya keluarganya itu yang ngangkatin jemuran gue, disangkain jemuran ibu kos (kebetulan jemuran ibu kos dan jemuran gue samaan tempatnya).

Sehari – dua hari tak ada kabar tentang jemuran gue, dan sampai hari ketiga pun tak ada kabar. Gue jadi muncul pikiran yang nggak biasa, gue jadi berfikir kalau mungkin jemuran gue emang beneran hilang digondol maling, ini berdasarkan asumsi gue kalau iya jemuran gue keangkat kedalem rumah ibu kos pasti bakal segera dikasih tau ke gue. Kejadian ini berlanjut hingga siang hari dihari keempat, belum ada juga kejelasan tentang nasib jemuran gue. Gue makin gelisah karena jemurannya cukup banyak, nyesek juga kalau ilang semua. Dan yang paling membuat gue kepikiran adalah tentang celana dalam, stok celana dalam gue sudah habis. Kalau sampai hari ini juga belum ada kejelasan berarti gue nggak ada stok celana dalam lagi hahahaha.

Ya beginilah kalau kos- kosan nyatu sama yang punya rumah, banyak barang yang kadang tak sengaja tertukar, atau saling mengklaim. Pernah waktu itu gue menggerutu gara- gara mangkok dan sendok gue diklaim sama ibu kos, kebetulan mangkoknya memiliki bentuk dan warna yang sama karena sama- sama hasil dari beli sabun cuci. Gue pas pindahan kesitu bawa cukup banyak mangkok, ada sekitar 5 buah, nah lama kelamaan mangkok yang ada itu semakin berkurang hingga tinggal satu buah doang “ah ini mangkok pasti nyampur sama punya ibu kos, dan ibu kos pasti ngira itu mangkoknya” pikir gue. Berhubung tinggal satu- satunya akhirnya gue jaga bener- bener tuh mangkok jangan sampai nyampur lagi sama mangkoknya ibu kos ntar bisa- bisa diakuisisi lagi sama dia. Hingga akhirnya suatu hari dia ngasih gue bubur kacang ijo, gue makan kan tuh bubur dan abis makan bubur, mangkok wadah buburnya langsung gue cuci dan gue taruh ditempat piringnya ibu kos. Ehh paginya dia datang dan masuk kekosan “nam, mangkoknya ibu bawa yaa...”, gue hanya terdiam sambil bengong “lah mangkoknya yang tadi malem kan udah gue balikin bu,,” kata gue dalam hati, gue sih nggak mau ntar terjadi cek –cok cuma gara- gara mangkok. Yaudahlah mangkok satu- satunya punya gue melayang.. belum lagi masalah sendok juga, sendok gue dapet sama temen- temen gue pas lagi ke pasar malem trus ikutan lomba lempar gelang, jadi kita disuruh lempar gelang yang disediain sama mereka ke paku-paku yang ada tulisan hadiahnya. Nah gue sama temn gue bernasib sama mendapatkan dua sendok makan, padahal hadiahnya ada kipas angin- ada tv tapi nggak tau deh kenapa gue dapetnya cuma sendok. Mungkin rejekinya emang disitu. Pas gue bawa kekosan ya sendok- sendok itu mengalami nasib yang sama, sama sama diklaim oleh ibu kos. Ya sudahlah, apa arti sebuah sendok dan mangkok bagi anak kos.

Kembali lagi kemasalah jemuran, pas malemnya dihari keempat ada sebuah titik terang mengenai nasib jemuran gue. Pas gue pulang abis beli makan tiba- tiba sudah ada jemuran kering yang numpuk diatas kasur gue.. “Alhamdulillah jemuran gue balik...” berarti nggak jadi digondol maling. Tapi ada yang ganjil, pas gue lihat tumpukan jemuran itu langsung gue teringat suatu barang yang pada waktu itu sangat urgent keberadaannya dalam hidup gue. Gue nggak tau bagaimana nasib gue kalau sampai barang itu tidak ada. Yaa dia adalah celana dalam gue, didalam tumpukan jemuran itu gue tidak menemukan celana dalam gue, “waduh, jangan – jangan ada yang mau guna- guna gue nih masak celana dalam gue nggak ada dikala jemuran gue yang lain udah pada balik” kata gue dalam hati. Gue jadi teringat kisah- kisah horor tentang percintaan, biasanya orang yang abis ditolak cintanya itu langsung mencuri celana dalam orang yang dicintainya tersebut untuk dijadikan media guna- guna agar sang target mau menerima cintanya.

Gue sejenak tertegun, siapa ya yang sampai segitunya sama gue. Nggak perlu kali harus mengguna- guna gue lewat celana dalam. Apa saking ngefansnya sama gue dan memendam rasa terlalu dalam akan tetapi tidak berani mengungkapkannya sehingga harus mencuri celana dalam gue untuk diguna- guna, entahlah!!! Tapi ada tanda tanya besar yang timbul dalam otak gue, biasanya kalau orang mau guna- guna dengan mediator celana dalam kan cukup satu saja, tapi ini kok semuanya yaa.. apa dia takut kalau cuma satu celana dalam nanti guna- gunanya nggak mempan sama gue. Aneh banget ya, ditengah hiruk pikuk modernisasi ibu kota Jakarta masih saja ada orang yang menganut pemahaman kolosal seperti itu. Setelah melamun beberapa saat mencari segala kemungkinan yang akan terjadi terkait dengan nasib celana dalam gue, tiba- tiba ada yang mengetok pintu dan bicara dari balik pintu “nam, maaf itu kemaren anak ibu salah ngangkat jemuran dikiranya itu jemuran ibu” kata ibu kos, ternyata emang bener baju- baju gue nyasar kedalem rumah ibu kos karena anaknya yang agak gedean salah ngangkat jemuran.  Tapi anehnya kok celana dalam gue nggak terdeteksi juga yaa.. akhirnya gue beraniin tanya sama ibu kos “maaf ibu, emmm celana dalam saya ada yang nyangkut juga nggak? Soalnya perasaan saya jemur celana dalam juga deh...” kata gue yang dengan muka agak merah karena tengsin. “loh masak sih, ntar ibu coba cari dulu deh...” jawab ibu kos gue.

Malem udah larut dan belum ada kabar juga tentang celana dalam gue, gue enggak tau ibu kos lupa nyari atau emang bener- bener nggak ada dirumahnya. Hemmmm nggak tau deh gue, terpaksa melem itu gue ngga ganti celana dalem.. hihihihi. Besok paginya seperti hari- hari yang lain gue paling keluar buat beli makan kewarung abis itu balik lagi kekosan, akan tetapi hari ini agak beda, setelah gue beli makan gue hari ini langsung kekampus buat konsultasi proposal skripsi gue. Singkat cerita setelah cing cong cing cong dengan dosen gue balik lagi kekosan, sampai kosan gue buka pintu dan terkejut dengan tumpukan celana dalam gue yang ada diatas lemari kurang lebih berjumlh 6 biji. Dan disamping tumpukan celana dalam itu ada secari kertas bertuliskan “kak anam, sory ya gue kemarin salah angkat... yang ini juga ke angkat (tanda panah kearah tumpukan celana dalam)” kurang lebih begitu tulisannya. Dasar bocah main angkat aja jemuran orang, gue ngeri aja kalau sampai2 celana dalam gue juga nanti bakal diklaim sama ibu kos dikira celana dalam suaminya. Hahahaha... ya masak nasib celana dalam gue harus sama dengan nasib mangkok dan sendok gue, jangan sampai dong. Itu berbahaya... hahahah |

Tuesday, April 16, 2013

Pindah Singgasana (Kosan)


Hidup tak menetap, sering berpindah- pindah adalah salah satu jalan hidup yang harus gue tempuh di Ibu Kota ini. Bukan bermaksud untuk mengikuti suku- suku arab jaman dahulu yang sering berpindah tempat karena tidak memiliki tempat tinggal yang jelas (disebut dengan istilah Nomaden kalau nggak salah).

gue bukan bagian dari suku nomaden tersebut, akan tetapi lebih karena permasalahan- permasalahan protokoler saja (udah kayak pejabat negara aja pake istilah protokoler), yahh banyak faktor yang mengharuskan gue untuk sering berpindah kosan. Terhitung selama kurang lebih 5 tahun gue udah empat kali pindah kosan, meskipun harus menenteng- nenteng kardus buku, ngangkut lemari yang berat dan gede, mindahin baju, kasur dan juga bantal- bantalnya yang seabrek gue tetap saja nggak kapok untuk pindah kosan.

Memang sih ketika harus berpindah kosan banyak kenangan yang tentunya harus gue buang juga, dikosan pertama gue harus melupakan kenangan hp gue yang hilang, jadi ceritanya malem- malem gue nelpon  pacar (biasa nyari gratisan tengah malem) dan saking ngantuknya gue ketiduran dalam keadaan headsheat yang gue gunain masih nempel ditelinga gue ehhh pas bangun- bangun tinggal headsheatnya doang nggak tau hp nya udah jalan- jalan kemana tau. Kemudian di kosan gue yang kedua gue harus melupakan kenangan kebersamaan gue bareng tetangga kosan gue, seorang bapak- bapak dengan satu anak yang super bandel dan tambun banget, gue inget banget tuh bapak yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang preman yang menguasai entah bagian mananya Jakarta, setiap pulang dia selalu nabrakin motornya di pohon rambutan depan kosan dengan alasan rem nya lagi blong padahal hamir tiap malem dia nabrakinnya ke pohon rambutan itu, kok nggak dibenerin ya remnya kan bahaya itu.. ehhh selidik punya selidik si doi ternyata selalu mabok pas pulang, pantes aja nabrak- nabrak.. dasar bapak- bapak!!

Dikosan yang ketiga tempatnya sih enak, dan luas banget tapi jauh dari kampus,  rata- rata penghuninya adalah orang yang sudah berkeluarga, tiap pagi gue harus lihat emak- emak yang lagi jemur bajunya, trus lihat anak- anak kecil yang lagi pada maen. Kenangan gue ditempat ini nggak terlalu banyak karena ditempat ini gue nggak lama hanya sekitar 3 bulan. Yang paling berkesan sih paling ngepel kamar, nguras bak mandi sama nyuci motor didalem toilet, udah gitu doang!!!!. Akhirnya karena faktor  jauh dari kampus gue mutusin untuk pindah kosan lagi, angkut barang lagi... angkut lemari lagii.. angkut kasur lagi,,,,

Dipersinggahan gue yang sekarang ini gue udah bertahan sekitar 5 bulan, kembali dekat dengan kampus meskipun masih terasa jauh karena rasa malas yang memisahkan. Males ngampus itu tiap hari yang gue rasain.. di tempat gue yg sekarang tempatnya cukup enak, ada kulkas gratis, mesin cuci gratis dengan harga kantong mahasiswa, ibu kosnya juga baik sering ngasih makanan disaat gue sedang benar- benar membutuhkannya.. hehehe. gue nggak tau sampai kapan masih bertahan dikosan gue yang sekarang ini, nunggu moment aja untuk membuat sebuah perpindahan (yaelah mau pindah aja pake moment, sekalian aja ngemut perman)...

Thursday, April 11, 2013

Inilah Indonesia 100 Tahun lagi


Percaya nggak kalau 100 tahun lagi taman- taman di Jakarta sudah tidak lagi untuk orang pacaran? Melainkan untuk orang- orang yang sedang mandi kembang dan nyari wangsit sambil membawa sesajen yang ditaruh dibawah pohon. 100 tahun lagi di Jakarta sudah tidak akan lagi banyak motor yang memacetkan jalanan, yang ada hanyalah nenek- nenek yang beterbangan dengan menaiki sapu lidi sambil memakai jubah warna hitam dan cekikian nggak jelas. Handphone android, aple dan black berry tidak perlu lagi bersaing meningkatkan jumlah pasar, begitu juga dengan Nokia sudah tidak perlu lagi repot- repot menggandeng Windows Phone sebagai OS nya. Karena 100 tahun yang akan datang Jakarta sudah tidak lagi butuh alat- alat seperti itu, mereka cukup menggunakan perbincangan supranatural melalui mata batin (nggak harus ngomong tapi yang diajak bicara udah paham artinya apa, sambila mengangguk- angguk kayak di film- film kolosal), jadi sudah tidak perlu lagi takut disadap oleh KPK kalau sedang melakukan transaksi haram, imbasnya tentu pada saat itu lembaga anti korupsi (KPK) tersebut dibubarkan karena dinilai riset –riset dan penyelidikan yang dilakukannya sudah tidak lagi relevan dengan kehidupan sosial masyarakat Jakarta waktu itu.

Setiap malem kondisi ibu kota layaknya malem pada film- film era Suzana, mencekam dan gelap gulita. Sudah tidak ada lagi yang namanya  bar atau cafe- cafe malem, semua telah berubah menjadi pos- pos ronda yang diisi oleh orang- orang yang bisa disebut seperti Bokir pada jaman Suzana. Disaat itu Jakarta telah menjadi kota yang penuh dengan kemistikan, dimana masyarakatnya tidak lagi berlomba- lomba membeli teknologi yang super canggih. Mereka justru lebih menganggap modern adalah hal- hal yang berbau kedukunan, mereka menganggap dukun adalah para pakar- pakar modernisasi yang dielu- elukan pada waktu itu, ibarat kata kalau ditahun 2013 ini para dukun itu seperti para pemilik perusahaan- perusahaan teknologi yang super canggih seperti Bill Gates atau Marc Zuckerbeg yang menciptakan facebook. Tanpa disadari ternyata kejadian ini berimbas ke kota- kota lain di Indonesia, Surabaya, Bandung, Malang dan lainnya juga menjadi ikut- ikutan mistis, mereka waktu itu menganggap bahwa mistis adalah sebuah trend masa kini yang perlu untuk diikuti biar dikata gaul.

Waktu itu dimunculkan lah sebuah istilah yang populer untuk menggambarkan kejadian tersebut, disebutnya dengan istilah “demam dukun”, kalau ditahun 2013-an kan heboh demam Korea, dimana film- film korea dijadikan kiblat oleh sebagian orang Indonesia. Begitu juga dengan wabah demam dukun ini, semua antusias menyambutnya dengan suka cita, bagi mereka meskipun mencekam tapi ini adalah Asyiiikk.. Kejadian ini berkembang dan terus berkembang hingga pada titik yang sangat parah, semua sistem berubah. Hingga menjadi sorotan dunia internasional. Bahkan Amerika dan negara- negara eropa lainnya merasa terusik akibat takut wabah kedukunan yang diterapkan oleh Indonesia ini, mereka takut nanti orang- orang Amerika dan eropa akan menjadikan “demam dukun” juga sebagai kiblat mereka, mereka berfikir tentu ini akan mengganggu stabilitas negara mereka. Mereka takut kalau nantinya Amerika yang memiliki senjata yang sangat canggih tidak lagi menjadi negara super power karena semua senjata- senjata canggihnya telah disulap oleh dukun- dukun Indonesia menjadi sesuatu yang menggelikan, semisal bom- bom rakitan Amerika disulap menjadi pisang goreng, kemudian mobil- mobil tank yang sangat kuat disulap menjadi mobil- mobilannya teletubies. Tentu ini akan menjadikan Amerika sebagai macam ompong karena senjatanya sudah disulap semua. Sedangkan negara- negara eropa yang terkenal dengan negara yang perekonomiannya mapan juga merasa terancam, mereka takut produk- produk mereka yang selama ini laku keras dipasaran entah itu produk teknologi atau yang lainnya jadi kesaingi oleh produk mistis ala Indonesia. Mereka takut kalau penjualan- penjualan gadget mereka akan mati total karena orang lebih suka ngobrol dengan mata batin, mereka takut kalau dunia fashion yang selama ini lebih didominasi oleh pakaian model eropa akan tersaingi oleh baju- baju ala dukun Indonesia dengan motif dukun yaitu jubah warna hitam lusuh dengan tambahan aksesoris kalung dengan bandul taring macan.

Begitu dahsyatnya wabah “demam dukun” meraja lela, hingga media – media asing pun mengikuti jalan beritanya hingga suatu hari ditemukan sebuah kabar dari  Majalah Ghaib bahwa Ki Joko Koplo (anak cucu dari ki joko bodo) telah menyabet penghargaan sebagai Man of The Year versi majalah Times, sungguh luar biasa sosok ki Joko Koplo telah dianggap mampu mewakili sosok manusia yang paling berjasa dan berpengaruh di dunia lewat “demam dukun” nya. Tak lama kemudian muncul berbagai macam pemberitaan tentang “demam dukun” ini, hingga media internasional paling terkenal di dunia yaitu BCC mengeluarkan sebuah edhisi khusus yang bercerita dan memberitakan tentang kedukunan di Indonesia, disebutlah dengan istilah “BCC and The Dukun ”.

Karena ketenarannya yang sudah tidak dapat dibendung lagi akhirnya memunculkan polemik ditengah masyarakat, banyak yang penasaran asal muasal dari “demam dukun” ini, akhirnya banyak peneliti ditahun itu (100 tahun kemudian setelah tahun 2013) berlomba- lomba mengungkap sejarah dari “demam dukun” ini, hingga akhirnya sebuah thesis dari seorang profesor yang juga rektor sebuah universitas Islam di Jakarta mengungkap tabir dari asal muasal “demam dukun” tersebut. Doi (sang profesor) meneliti berdasarkan runtutan dari tahun ketahun, setelah mengumpulkan beberapa data dan riset akhirnya doi menemukan sebuah kejadian yang menurutnya merupakan titik balik dimana demam dukun ini mulai diwacanakan. Kurang lebih beginilah kutipan dari hasil thesisnya yang telah penulis urai sedemikian rupa:

Jadi menurut doi (sang profesor) “demam dukun” ini bermula disebuah tempat dipinggiran Jakarta, tepatnya di Ciputat. Waktu itu terpampang sebuah baliho yang bergambarkan seorang anak muda yang ingin mencalonkan presiden, anak muda tersebut mengaku telah bosan dengan segala kebohongan dinegara ini, sumpah- sumpah jabatan yang dilakukan menurutnya dianggap telah tidak mampu lagi memberikan rasa takut pada para pejabat yang disumpah , karena tetap saja mereka para pejabat melanggar sumpahnya tersebut meskipun sumpahnya dilakukan dengan kitab suci diatas kepala, akhirnya pemuda yang bernama FARHAT AGUS (memplokamirkan dirinya sebagai calon presiden muda )ini membuat sebuah terobosan yang menurutnya sangat jitu, dia mewacanakan bahwa sumpah jabatan yang dilakukan selama ini harus dirubah dengan menggunakan “sumpah pocong” dia mengatakan bahwa semua orang akan lebih takut jika melanggar sumpah pocong karena dipercaya bisa menimbulkan kematian.  Waktu tahun 2013 tentu hal semacam ini hanya mejadi bahan lelucon dan hinaan saja karena masyrakat waktu itu masih gandrung dengan sesuatu yang rasional masih suka pake whatsapp dari pada mata batin.

Kejadian ini ditambah lagi dengan wacana dari anggota DPR pada tahun 2013 yang mewacanakan tentang perlu adanya RUU santet, menurut dewan perwakilan rakyat waktu itu, undang- undang tentang santet haruslah diadakan demi melindungi kepentingan masyrakatnya. Kejadian ini semakin mendekati puncaknya ketika muncul kasus EYANG BUBUR, sosok dukun yang menggemparkan media masa dan masyarakat pada tahun itu. Kasus yang sangat unik dimana banyak artis yang terlibat dalam kasus eyang bubur ini, ada pihak- pihak yang secara tegas menganggap bahwa eyang ini mengajarkan ajaran sesat namun ada juga banyak artis yang membela dan mengaku sebagai murid dari eyang bubur ini. Yang kemudian banyak dianalisa oleh orang adalah terkait pengakuan para artis yang mengaku telah diberi banyak hadiah oleh eyang bubur, ada yang dikasih mobil, perhiasan dan lain sebagainya. Sehingga banyak mengundang tanya masyarakat, sebenarnya kerjaan eyang subur ini apa? kok bisa memberikan hadiah yang banyak kepada artis- artis yang mengaku muridnya. Belum lagi cerita- cerita yang mengatakan kalau sosok eyang ini adalah sosok yang dermawan dan selalu  suka nraktir.

Nah, berawal dari sinilah akhirnya masyarakat memiliki pemahaman kalau menjadi dukun itu bisa membuat orang jauh lebih kaya, banyak orang yang akhirnya berbondong- bondong berubah profesi menjadi dukun. Mereka menyekolahkan anak- anak mereka ke sekolah- sekolah kedukunan yang saat itu menjadi sekolah yang favorit. Meraka beranggapan bahwa dengan sekolah disekolah kedukunan akan memberikan masa depan yang cerah layaknya eyang bubur.

Karena jumlah peminat perdukunan yang semakin melonjak akhirnya wacana tentang enterpreunership pun tersaingi oleh kedukunan, banyak seminar- seminar tentang kedukunan yang dibandrol dengan harga mahal namun tetap ramai peminat. Hingga puncak- puncak kejayaannya dunia perdukunan adalah ditahun 2113, yaitu seratus tahun setelah tahun 2013 ditahun itu tercipta sebuah istilah “demam dukun” yang mewabah ke seluruh dunia. Ki joko bodo tidak pernah putus- putus untuk melahirkan generasi- generasi dukun yang hebat hingga sampai Ki Joko Koplo (yang entah keturunan keberapa dari ki joko bodo) ini menyabet penghargaan man of the year pada tahun 2013.
Ya begitulah kurang lebih prediksi Jakarta setelah 100 tahun.. hahaha.

Wednesday, April 10, 2013

Ketemu nenek- Nenek Intel


Pagi jam 10 gue kekampus dengan naik motor beat warna biru, motor kesayangan gue (motor satu2nya) gue ngebut sambil  membawa beberapa lembar kertas yang udah gue steples. Hari ini gue mau konsultasi proposal Skripsi gue yang udah beberapa kali disuruh revisi sama pak dosen pembimbing.

Sampai parkiran gue parkir motor dibawah pohon, kemudian dengan langkah gontai gue menuju gedung FISIP (Fakultas gue) yang megah itu, sejak gedung ini diresmikan gue belum pernah ngrasain kuliah disini. Karena pas gedung ini diresmikan gue udah semester sembilan (udah gak ada kuliah lagi).
Sampai diruang dosen gue ketemu dengan pak dosen pembimbing, dengan terburu- buru akhirnya gue samperin bapaknya..
“eh, saya hari ini nggak bisa bimbingan ya.. soalnya banyak kerjaan” kata bapaknya. Padahal gue ngomong aja belum tapi udah dijelaskan seperti itu.

Ah, yasudahlah.. kembali dengan langkah gontai (langkah gontai itu yang gimana sih? gue nggak ngerti dehh... apa langkah gontai itu langkah yang kayak anak abis disunat? Entahlah... ) gue kembali keparkiran dan berniat untuk kembali ke kosan.
Ditengah jalan ternyata hujan deras datang bertubi- tubi dan sangat mendadak, gue nggak bawa jas hujan lagi. Gue sebenarnya ada jas hujan tapi bagian lengannya udah putus, nggak lucu kan make jas hujan yang nggak ada lengannya? Udah kayak mau main basket ditengah derasnya air hujan yang membasahi pipi.. halahhh apaaa lagi...

Kembali kejudul, soalnya nggak ada nyambung2nya dari tadi. Singkat cerita karena gue kehujanan akhirnya gue neduh disebuah warung nasi (bukan warteg yaa, bahasa pemiliknya bukan ngapak* soalnya), nah disini adalah awalmula tempat kejadiannya, dimana gue duduk bersebelahan dengan seorang nenek. Oh ya gue lupa ngasih tahu kalau sambil neduh gue juga pesan makan belum sarapan soalnya (penting yaaa?). gue makan dan duduk disamping seorang nenek yang mungkin kira- kira umurnya sudah diatas 60 tahun, dengan memakai baju motif kembang- kembang ala ABG jaman si pitung dan ada sebuah arloji berukuran mini melingkar ditangannya, sang nenek membawa sebuah bungkusan yang entah itu isinya apa, pas gue lihat lebih seksama ternyata nenek ini memakai celana pendek (tapi nggak kelihatan seksi, namanya juga nenek- nenek....!!!).

Nah, kenapa gue menyebut dia sebagai neneh- nenek intel seperti yang tertera dalam judul? Awalnya sih gue biasa aja, lama lama jadi nggak biasa karena si nenek ini ngobrolnya agak diluar kebiasaan seorang nenek. Kalau nenek- nenek pada umunya paling juga ngomongin cucunya yang sudah bisa menggambar, atau cucunya yang bisa makan nasi tanpa dikunyah. Tapi nenek yang satu ini beda, ngomonginnya itu masalah politik, pas ngomong dia membuat tema tentang korupsi.

“tau nggak sekarang ini yang sangat hangat diperbincangkan itu masalah korupsi,, iya Korupsi yang bikin negara sekarat...” kurang lebih begitu obroan sang nenek yang didengarkan oleh para pemirsa yang ada diwarung. Si Doi (nenek) ini terus aja nyerocos tentang partai demokrat lah, tentang Ibas lah (anaknya presiden).
Ah nggak taulah gue harus melanjutkan cerita ini seperti apa, dia itu aneh. Udah ngomonginnya politik, pas bayar makan itu nggak pake nanya ke penjualnya habis berapa? main langsung kasih duit aja. Penjualnya ya melongo... ditambah lagi yang agak bikin merinding, pas ada salah satu yang makan disitu helmnya ketinggalan trus balik lagi ngambil helm nya, si doi langsung aja nyerocos

“saya sudah tau kalau kamu bakal balik lagi kesini ngambil helm.. makanya dari tadi saya lihatin terus. Nggak baik lho jadi orang pelupa itu. Harus selalu ingat yaa,,, ingat harus selalu ingat...” pesan sang nenek. Udah berasa nonton drama- drama kolosal gue, ngeri pas lihat tokoh supranatural yang biasanya diperankan oleh seorang nenek dengan perkataan yang susah dimengerti (ya kayak si doi ini).
Yang ngambil helm hanya menganguk- angguk dan ngeloyor ke luar nyamperin motornya.
Gue nggak tau doi (nenek) itu sebenarnya apa dan siapa... yang jelas feel gue mengatakan kalau dia adalah intel (entah intelnya siapa). Hahahaha...

Saturday, April 6, 2013

Tadi ketemu Sama Mas Vidi



06 April 2013

Gue kira hari ini bakal sial,,,

Ternyata malah kebalikannya..

Pagi2 jam 07:45 gue bangun tidur, kepagian sih sebenernya soalnya malemnya abis begadang nonton acara X-Factor. Ya meskipun jagoan gue si Agus udah terdegradasi dan harus pulang kampung ternyata gue masih penasaran siapa yang bakal pulang kampung nyusulin si Agus selanjutnya, tapi sialnya hari ini gue ada acara mau ke Kompas jam 09.00 dan itu artinya gue kesiangan karena jaraknya lumayan jauh.

Hari ini hari sabtu, gue ada acara gathering sama pengarang- pengarang buku di Kompas Gramedia. Acaranya sih jam 09.00, tapi gue jam 07:45 baru bangun sedangkan tempatnya lumayan jauh di Pal Merah belum lagi kalau macet. Pengen ngomel gara- gara nggak ada yang bangunin, tapi ngomelnya itu sama siapa? (entahlah).

Tanpa ba bi bu lagi lempar selimut, pake handuk dan bergegas meluncur ke kamar mandi. Siallll, ternyata ada yang ngeduluin gue, gue harus antri nih. Tapi kalau ngantri bisa telat dong gue, ah bodo amat ambil sabun dan sikat gigi gue mandi aja dikamar mandi yang punya kosan, padahal jelas- jelas dipintu kamar mandinya dikasih tulisan “Anak Kos dilarang Mandi disini” ah bodo amat ini urgent sekali.

Jebar- jebur jebar- jebur mandi selesai, temen gue yang mau ikut berangkat bareng udah stand bye didepan kosan.

“Nam, tiket udah di print?” tanya dia.

“siaallll, gue lupa semalem nggak diprint...” jawab gue. Gara- gara kecapean main futsal semalem sama nonton X- Factor gue jadi lupa mau print tiket. Ini udah kesialan yang ketiga lho, udah bangun kesiangan, mandi ada yang ngeduluin, tiket belum diprint lagi.

Segera gue nyalain laptop, dengan lilitan handuk yang masih melingkar seksi dipinggang gue segera gue ambil printer sama kertasnya.

“tolong print-nin yaa.., gue mau pake baju dulu” kata gue ke temen gue.

Setelah beberapa menit gue selesai pake baju dan celana temen gue manggil,

“nam, nggak bisa nih printer lo...” kata temen gue.

“masak sih, coba gue yang ngeprint...” jawab gue.

Ctrl+P Oke... Ctrl+P Oke, beberapa kali gue pencet tombol itu tapi nggak mau ngeprint juga nih, pas gue cek siallll tintanya abis.

“yaudahlah kita berangkat aja dulu dari pada ntar telat lama, tiketnya dinego aja disana..” kata gue dengan agak terburu- buru.

08: 30 kita berangkat dengan berdoa supaya nggak telat, dan nggak macet tentunya.

Setelah berkelok- kelok senggol kanan- kiri, selip depan belakang akhirnya gue tertahan oleh lampu merah, lampu merahnya sih nggak jauh dari gedung kompasnya, tapi Waktu udah nunjukin 08: 55.


Waduh 5menit lagi acara mulai nih, karena lampu merahnya lama, karena nungguin kereta lewat akhirnya gue mutusin untuk belok kiri dengan harapan ada pintu belakangnya. Gue belok kiri dan lagi- lagi harus kena sial, puteran baliknya jauh banget, giliran udah nemu puteran balik ternyata gedung kompasnya nggak punya pintu belakang. Akhirnya dengan perjuangan menembus lorong- lorong sempit dan pasar yang penuh dengan ayam dan sayuran gue nemuin pintu masuk gedung kompas, kayaknya sih pintu samping.


“selamat siang mas, mau kemana ya?” kata satpam yang jaga.

“ini pak saya ada acara Gathering, “ jawab gue.

“loh, disini nggak ada acaa gathering mas” timpal sang satpam.

“masak sih, ini Kompas Gramedia Pal merah bukan?” tanya gue yang udah mulai panik, takut salah tempat.

“iya benar, coba saya lihat alamat lengkapnya”pinta satpam.

Yah, buka email lagi deh gue, alamatnya kan ada di email, gue keluarin hp trus gue tunjukin ke satpam alamatnya.

“ini sih gedung yang depan mas. Blok 1. Masnya keluar belok kanan abis itu mentok belok kanan lagi..” saran pak satpam.

“oke pak terimkasih...”


Gue lalu bergegas narik gas motor gue menuju tempat yang dibilang bapak satpam tadi, tapi ditengah jalan gue lupa. Tadi mentok belok kanan apa kiri ya? Waduh siall lagi ini, belok kanan ada gedung tapi tulisannya bukan Gramedia, hanya ada parkiran motor sama mobil. Belok kiri ada gang sempit yang Cuma muat untuk lewat satu motor.


Bimbang gue, ah pastinya kalau kanan ini gedung kompas harusnya ada tulisannya dong, akhirnya gue pilih belok kiri aja ngikutin insting. Gue belok kiri nyusurin lorong sempit dan batuan yang nggak rata. Ternyata bener insting gue, keluar dari gang tinggal belok kanan dikit udah ketemu deh sama gedung kompas gramedia.

“pak, acara gatheringnya disini ya?” Gue tanya sama satpam.

“iya mas, silahkan masuk.. parkir motornya dibelakang” jawab satpam.

Gue langsung masuk dan menuju parkiran yang ditunjukin sama pak satpam. Pas gue lihat- lihat kok kayak pernah lihat parkiran ini ya (sok dejavu), siall ternyata ini itu parkiran yang tadi gue lihat, ngapain gue susah- susah masuk lorong kecil dengan jalanan terjal dan penuh bebatuan nggak rata itu. Entah ini kesialan yang ke berapa pagi ini.

Yasudahlah parkir selesai, setelah lihat muka dispion buat mastiin kalau masih ganteng gue bergegas menuju gedung utama kompas tempat acara. Gue masuk salah satu pintu, pas gue buka eng ing eng sepertinya gue salah masuk karena malah langsung masuk ke toko bukunya, akhirnya gue keluar lagi nyari pintu utama. Pas gue masuk dari pintu utama lagi- lagi harus dibuat kaget ternyata pintu utama sama pintu yang tadi itu sama saja, gue masuk dari pintu utama ya ke toko buku itu. Ihh ngapain gue tadi keluar lagi, bikin capek aja.

Gue langsung menuju lift karena acaranya ada dilantai 7, sampai lantai tujuh gue langsung ke meja registrasi. Dan Alhamdulillah ternyata nggak wajib bawa tiket karena ternyata yang penting ada namanya di daftar hadir dan nama gue ada. Lumayan dikasih paket beberapa buku dan kalender, sebelum masuk ruangan dipersilahkan buat ngopi dan ngeteh dulu sama ada beberapa kue, lumayan nih belum sarapan gue soalnya dari kosan.


Akhirnya gue masuk dan ikut acaranya, hingga waktu menunjukan untuk sholat dzuhur. Tapi sebelum sholat kita dikasih makan dulu, lumayan lah buat makan siang. Selesai makan gue langsung menuju mushola, tapi ternyata masih penuh musholanya. Akhirnya gue mutusin buat sholat dilantai dasar kali aja ada musholanya, turun pake lift kelantai dasar dan pas buka pintu gue kaget kenapa yang beli buku jadi banyak banget ditoko yang tadi, pas gue lihat lagi- lagi dan lagi gue harus bilang siallll... ternyata itu bukan toko buku gramedia, tapi obral buku gramedia. Semua buku dihargain dengan 5rb rupiah dan itu muraaahhh banget dari yang harga 70rb atau bahkan 90 rb semua dijual 5rb, dan sialnya tadi pagi gue udah dua kali lewat obral buku itu dan nggak ngelihat tulisan obralnya. Langsung gue ikutan merangsek kedalam kerumunan orang yang sedang milih- milih buku itu. Ah andai saja dari tadi pagi gue tau pasti gue dapet yang bagus- bagus deh bukunya, ini udah sisa- sisa orang pagi. Tapi tak apalah yang penting gue dapat buku murah.


Sekitar hampir jam dua, dan memborong sebelas buku gue balik lagi ketempat acara. Dan pas gue masuk ternyata akan ada spesia performance dari Vidi Aldiano, gue sih nggak terlalu suka tapi lumayanlah bisa ngelihat. Kali ini sih agak beruntung karena gue masuk pas Vidinya baru mau nyanyi, coba kalau pas gue masuk ternyata Vidi udah selesai nyanyi ya lagi- lagi dan lagi gue harus bilang siall. Tapi sialnya hari ini itu penuh berkah kok, dapet sharing- sharing sama penulis – penulis fiksi gramedia, dapet buku- buku murah, dapet makan, snack danlainnya. So thankz for today..



Social Media itu Parasit Para Pelaku LDR

Emang bener ya kata sebagian orang kalau LDR itu nggak enak, ibarat kata kayak makan buah simalakama. Gue sih nggak tau buah simalakama itu kayak apa, yang ada diotak gue kalau denger buah simalakama itu semacam buah dengan bentuk seperti durian yang kulitnya penuh dengan duri akan tetapi isinya itu isi buah kedondong. Kebayang kan lo, udah kulitnya penuh dengan duri isinya kayak isi buah kedondong yang berantakan, acakadut dan menyakitkan kalau masuk tenggorokon, ati- hati bisa mati lho kalao sampai nelen isi kedondong (makanya nggak perlu dipraktekin).

Jadi ya begitulah buah simalakama, jangan sekali- kali mencobanya ya (nggak pernah dijual dipasar juga), begitu juga dengan LDR, taukan LDR apa? bukan Lo Doang Relationship ya LDR itu Long Distance Relationship atau istilah Bahasana Indonesianya hubungan jarak jauh. Singkat cerita gue menjalani hubungan jarak jauh ini waktu abis wisuda, wisuda sekolah tapinya karena hingga saat tulisan ini gue buat, gue masih berstatus sebagai mahasiswa (nggak perlu nanya semseter berapa, itu sensitif). Abis wisuda sekolah gue jadian dengan salah satu ya siswi disitu, seneng banget sih gue diterima sama si dia, apalagi dia cewe inceran gue yang sedari dulu ( udah kayak lagunya Tompi “sedari dulu”). Akan tetapi yang menjadi persoalan itu gue jadiaan disaat setelah wisuda sekolah yang itu artinya setelah jadian ini gue nggak bakal bisa bareng- bareng trus, kan udah nggak disekolah yang sama selain itu rumah kita juga jauh- jauhan (jauh banget malahan).

Waktu itu sih fine- fine aja, saking bahagianya ya mikirnya hubungan lewat telpon aja udah seneng, tiap hari telponan berasa nggak punya temen lain. Batre habis cash lagi habis lagi cash lagi, kuping bengkak juga nggak peduli, capek telponan lanjut smsan, sampe boker aja masih sempet ngetik sms. Kejadian ini berlangsung trus menerus hingga pada suatu hari saat setelah menjalani rangkaian test masuk perguruan tinggi, gue masuk disalah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta sedangkan dia atas kehendak orang tuanya harus studi kesehatan dijawa timur. oh ya, udah tau kan gue rumahnya dijawa timur.

Meskipun begitu tetep saja enjoy, ibarat kata itu masih pengantin baru jadi makan tai ayam juga berasa coklat, padahal bakal terpisah oleh jarak yang ratusan kilo meter kurang lebih sih 900Km Jakarta- jawa timur.  Waktu itu mikirnya optimis bakal bisa menjalani LDR dengan sukses dan lancar, semua bakal baik- baik saja. Hingga suatu hari ketika gue mau berangkat ke Jakarta, panas terik menyinari sore itu sekitar pukul 3 sore, gue tengah menunggu kereta yang akan berangkat ke Jakarta. Dia datang menemui gue di stasiun, seketika itu salju turun dengan perlahan lahan, pohon- pohon mengeluarkan bunga- bunga yang bermekaran ( itu ilusi gue aja, yang kayak film- film Korea). Ya dia datang untuk ngenterin gue, tepatnya nemenin gue distasiun sebelum berangkat ke Jakarta.  Agak sedih, agak terharu, agak seneng, agak pengen nangis, agak tersenyum dan agak yang lainnya, semua serba agak. Soalnya bingung, mau sedih kenapa harus sedih? Jakarta- Jawatimur kan cuma masalah jarak saja, jadi ya yang lebih cocok agak sedih saja. mau terharu juga gimanaa, ini bukan sinetron kalau sinetron pisahnya kan lama bisa bertahun- tahun makanya sampe muncul judul lagu bang Thoyib jadi bolehlah terharu saat dianter kestasiun, lah gue kapanpun juga bisa pulang, makanya agak terharu lebih cocok kayaknya, ya begitulah pokoknya seterusnya serba agak.

Singkat cerita gue berangkat ke Jakarta dan dia pulang kerumahnya lagi, kini gue bakal menjalani kehidupan sehari –hari di jakarta dan dia menjalani kesehariannya di jawatimur. Sebulan dua bulan setahun dua tahun gue jalanin dengan penuh pengorbanan (korban pulsa), telpon tiada henti sms tiada pending tiap hari. Tapi Sesekali setiap liburan semester gue pulang kampung dan menemuinya sekedar ngobrol dan melepas kangen (sory nih jadi agak melo), pernah juga suatu ketika gue ke Jawatimur hanya untuk ketemu beberapa jam saja dengan dia, pagi nyampek jawatimur sorenya berangkat lagi ke jakarta, begitu juga dia sesekali dia main ke Jakarta untuk main dan ketemu dengan gue. Ya begitulah asem paitnya sebuah hubungan jarak jauh, memang harus kuat mental, kuat nelpon dan juga kuat jarinya buat ngetik sms.

Akan tetapi perlahan demi perlahan keaadaan itupun mulai berubah, ketika menginjak tahun ke tiga gue menjalin hubungan jarak jauh mulailah ada rasa kejenuhan. Selain karena kepenatan kuliah, gue kerja dia juga kerja membuat hubungan semakin renggang, kita sibuk dengan hidup masing- masing lebih tepatnya sih gue yang lebih sibuk dengan diri sendiri gue. Dia pengen sms-an atau telponan akan tetapi karena saking capeknya kadang gue menolak. Belum lagi masalah social media, setelah semakin berkurangnya waktu gue buat dia, dia mulai menaruh curiga terhadap gue. Terlebih sih karena social media karena banyak mention- mention yang katanya membuat hatinya panas dan cemburu , sebenernya sih wajar- wajar saja ada orang mention ya gue bales dong mentionnya, masak nggak gue bales, ntar dikira sombong lagi. Kalau orangnya mention ngajak becanda ya gue balesnya dengan becandaan juga, kalau orangnya mentionnya marah ya gue mention marahin balik. Wajar kan ya seperti itu, begitu juga kalau temen- temen cewek pada mention ya tentunya gue bales, tapi kadang mention mereka ada yang mesra gitu, ya tentunya gue bales mesra juga dongg wajar kan itu (salah nggak sih? *nanya serius).

Nah itu yang jadi sumber penyakit hubungan jarak jauh gue, gue juga nggak tau ya kenapa yang mention ke twitter gue itu 80% pasti cewek, padahal gue selalu bilang kalau gue udah punya cewek tapi banyak yang nggak percaya, mereka menyangsikan karena gue nggak pernah jalan sama cewek didepan mereka, udah gitu nggak pernah malem mingguan lagi (lha wong gue LDR pacar gue jauh disana, gimana bisa gue jalan bareng apalagi malem mingguan). Pas gue bilang gue itu LDR malah dibilang bohong itu cuma alibi buat nutupin kejombloan gue. Ya gue mau gimana lagi pada nggak percaya gue LDR, akhirnya ya banyak cewek yang mention ke gue (agak sombong dikit, kalau nggak percaya follow aja twitter gue hahaha), mungkin karena gue dianggep jomblo makanya banyak temen cewek yang pada mention ke gue dengan seenaknya, dan otomatis itu membuat cewek gue  cemburu, tiap hari gue dicurigai selingkuh dengan ini, selingkuh dengan itu (padahal udah tobat lho dari dunia perselingkuhan). Tiap hari twiter dan facebook gue selalu dipantau, biar ketahuan gerak- gerik gue setiap hari nagapain aja, sama siapa aja.

Itu bikin pusing kepala lho, gue keluar kemana pasti ditanyain mau ngapain, sama siapa dan lain sebagainya berasa jadi tahanan gue, ya ngeri aja tau- tau dia ikutan acara reality show yang tentang penjebakan cowok selingkuh, ceweknya kerjasama sama stasiun tv nyewa cewek buat ngejebak cowonya agar terbongkar kalau suka selingkuh kan ngeri juga, nggak asik banget kan. Atau tau- tau dia nyewa detektif buat mantau kehidupan gue, ngeri juga kan kalau kemana- mana berasa diikutin sama orang pake topi koboy dengan jaket panjang sampai kaki, kaca mata hitam sambil bawa Lup (kaca pembesar).

Ya itulah yang gue rasain tiap hari, Tapi yang bikin aneh itu sampai saat ini udah lima tahun lho hubungan jarak jauh gue bertahan. Kalau marah pasti baikan lagi, bahkan pagi putus malem udah nyambung, putus lagii nyambung lagi. Gue kalau kayak gini jadi tersendir sama lagunya BBB yang putus nyambung itu, katanya kalau lo laku kalau putus ya putus aja, berasa nggak laku banget gue putus nyambung terus. Padahal kan gue ganteng hahah (nggak percaya gue ganteng? Follow twitter gue!!).

Lagi enak- enak ngerjain skripsi ehh tiba- tiba ada sms yang bilang “ngapain seharian? Kok nggak ngabarin, lagi selingkuh ya?”, dalam hati gue pengen kabur ke kutub utara lalu nyasar disegitiga bermuda biar nggak bisa disms lagi, orang lagi panas mikirskripsi bukannya dibantuin malah dituduh- tuduh. Begitulah susah senang ngejalanin LDR, saran gue sih kalau mau LDR itu jangan sama orang yang cakep, sama yang jelek aja. Kalau sama yang lebih cakep itu bakalan makan ati, serius ini bukan bercandaaan kayak yang dialami pacar gue, karen dia LDR-an sama orang ganteng ya resikonya cemburunya gede hahaha!!!. Coba kalao lo LDR-an sama orang jelek, nggak bakalan deh cemburu- cemburuan, nggak bakalan ada yang negelirik pacar lo. Hahaha.

Ini becandaan doang, yang jelas gue sangat kagum sama pacar gue karena meskipun LDR dan gue sangat ngeselin jadi orang, dia tetep ada buat gue. Meskipun gue selalu bilang sama dia kalau kita udah nggak cocok dia selalu mencocokan lagi (udah kayak ngoreksi ujian aja pake cocok mencocokan). Tapi himbauan buat yang belum punya pacar alias masih jomblo, mending menjomblo aja deh dari pada coba- coba buat LDR. Ini ciuss lho...