Wednesday, April 10, 2013

Ketemu nenek- Nenek Intel


Pagi jam 10 gue kekampus dengan naik motor beat warna biru, motor kesayangan gue (motor satu2nya) gue ngebut sambil  membawa beberapa lembar kertas yang udah gue steples. Hari ini gue mau konsultasi proposal Skripsi gue yang udah beberapa kali disuruh revisi sama pak dosen pembimbing.

Sampai parkiran gue parkir motor dibawah pohon, kemudian dengan langkah gontai gue menuju gedung FISIP (Fakultas gue) yang megah itu, sejak gedung ini diresmikan gue belum pernah ngrasain kuliah disini. Karena pas gedung ini diresmikan gue udah semester sembilan (udah gak ada kuliah lagi).
Sampai diruang dosen gue ketemu dengan pak dosen pembimbing, dengan terburu- buru akhirnya gue samperin bapaknya..
“eh, saya hari ini nggak bisa bimbingan ya.. soalnya banyak kerjaan” kata bapaknya. Padahal gue ngomong aja belum tapi udah dijelaskan seperti itu.

Ah, yasudahlah.. kembali dengan langkah gontai (langkah gontai itu yang gimana sih? gue nggak ngerti dehh... apa langkah gontai itu langkah yang kayak anak abis disunat? Entahlah... ) gue kembali keparkiran dan berniat untuk kembali ke kosan.
Ditengah jalan ternyata hujan deras datang bertubi- tubi dan sangat mendadak, gue nggak bawa jas hujan lagi. Gue sebenarnya ada jas hujan tapi bagian lengannya udah putus, nggak lucu kan make jas hujan yang nggak ada lengannya? Udah kayak mau main basket ditengah derasnya air hujan yang membasahi pipi.. halahhh apaaa lagi...

Kembali kejudul, soalnya nggak ada nyambung2nya dari tadi. Singkat cerita karena gue kehujanan akhirnya gue neduh disebuah warung nasi (bukan warteg yaa, bahasa pemiliknya bukan ngapak* soalnya), nah disini adalah awalmula tempat kejadiannya, dimana gue duduk bersebelahan dengan seorang nenek. Oh ya gue lupa ngasih tahu kalau sambil neduh gue juga pesan makan belum sarapan soalnya (penting yaaa?). gue makan dan duduk disamping seorang nenek yang mungkin kira- kira umurnya sudah diatas 60 tahun, dengan memakai baju motif kembang- kembang ala ABG jaman si pitung dan ada sebuah arloji berukuran mini melingkar ditangannya, sang nenek membawa sebuah bungkusan yang entah itu isinya apa, pas gue lihat lebih seksama ternyata nenek ini memakai celana pendek (tapi nggak kelihatan seksi, namanya juga nenek- nenek....!!!).

Nah, kenapa gue menyebut dia sebagai neneh- nenek intel seperti yang tertera dalam judul? Awalnya sih gue biasa aja, lama lama jadi nggak biasa karena si nenek ini ngobrolnya agak diluar kebiasaan seorang nenek. Kalau nenek- nenek pada umunya paling juga ngomongin cucunya yang sudah bisa menggambar, atau cucunya yang bisa makan nasi tanpa dikunyah. Tapi nenek yang satu ini beda, ngomonginnya itu masalah politik, pas ngomong dia membuat tema tentang korupsi.

“tau nggak sekarang ini yang sangat hangat diperbincangkan itu masalah korupsi,, iya Korupsi yang bikin negara sekarat...” kurang lebih begitu obroan sang nenek yang didengarkan oleh para pemirsa yang ada diwarung. Si Doi (nenek) ini terus aja nyerocos tentang partai demokrat lah, tentang Ibas lah (anaknya presiden).
Ah nggak taulah gue harus melanjutkan cerita ini seperti apa, dia itu aneh. Udah ngomonginnya politik, pas bayar makan itu nggak pake nanya ke penjualnya habis berapa? main langsung kasih duit aja. Penjualnya ya melongo... ditambah lagi yang agak bikin merinding, pas ada salah satu yang makan disitu helmnya ketinggalan trus balik lagi ngambil helm nya, si doi langsung aja nyerocos

“saya sudah tau kalau kamu bakal balik lagi kesini ngambil helm.. makanya dari tadi saya lihatin terus. Nggak baik lho jadi orang pelupa itu. Harus selalu ingat yaa,,, ingat harus selalu ingat...” pesan sang nenek. Udah berasa nonton drama- drama kolosal gue, ngeri pas lihat tokoh supranatural yang biasanya diperankan oleh seorang nenek dengan perkataan yang susah dimengerti (ya kayak si doi ini).
Yang ngambil helm hanya menganguk- angguk dan ngeloyor ke luar nyamperin motornya.
Gue nggak tau doi (nenek) itu sebenarnya apa dan siapa... yang jelas feel gue mengatakan kalau dia adalah intel (entah intelnya siapa). Hahahaha...

No comments:

Post a Comment