Saturday, May 25, 2013

Kenapa ada Wiranto di X-factor?

Agak kaget, ternyata yang nyerahin hadiah pemenang X- Factor adalah bapak Wiranto. Kira- kira kenapa mesti beliau yang menyerahkan hadiah itu ya? Padahal kan bukan produser X- Factor, bukan juga pemilik RCTI. Nah, kira- kira ada udang di balik batu apa ya?? Ada yang tau nggak?
Kalau kata gue sih buat pencitraan aja, biar bapaknya (Wiranto) nongol di TV. Kan lumayan bisa menaikan elektabilitas dia dan Partai Hati Nurani-nya. Ya kan pemilik RCTI (Harry Tanoe /HT) satu partai sama bapak Wiranto.

 “besok penyerahan hadiah pemenang X- Factor ya broo?” tanya bapak Wiranto kepada HT.
“iya nih bro, nyesek juga sih harus bagi- bagi mobil, kan lumayan sebenernya bisa gue pake ganti- ganti. Ada tiga lho mobilnya...” jawab HT agak manyun.
“udahlaahh, tak apa. lagian untungmu dari sms kan udah banyak. Relain saja lah itu mobil...  eh, btw besok gue aja ya bro yang  nyerahin hadiahnya...” rengek pak Wiranto dengan senyum terkekeh- kekeh.
“lah siapa elo? Pasti elo pengen masuk TV yaa... kaciannn... “ jawab HT.
“bukan begitu broo, ini untuk kepentingan partai kita. Lumayan kan nanti semakin banyak yang tau gue. Elektabilitas partai kita kan jadi naik.. begitu bro..” papar pak Wiranto.
hemmmm ciyus lo bakal naikin elektabilitas partai? Awas ya kalau enggak, gue jitakkk....”
“Demiii Tuhaaannnn. iyeeee, seloon baelah... “

Begitulah deal- deal dari percakapan fiktif antara keduanya.

Akhirnya disepakati bapak wiranto lah yang besok bakal menyerahkan hadiah kepada juara X- Factor, dengan alasan untuk menaikan elektablitas partai.

Friday, May 24, 2013

Harga Jablay Lamongan?

Nasi di piring gue tinggal beberapa suapan lagi. waktu itu sekitar jam satu malem, sambil nunggu hujan reda akhirnya gue sengaja nguping- nguping obrolan bapak- bapak yang dari logatnya kayaknya berasal dari daerah timur dengan penjual nasinya.

“pecel lamongan ini enak banget ya, sambelnya mantap... harganya berapa pak?”
“Cuma 12 ribu saja kok, hehehehe
“wah murah ya ternyata, kalau harga jablay lamongan se-enak dan se-murah pecel ini nggak?”
“waduh ya saya ndak tau pak..” jawab penjualnya dengan senyum ketus.

Agak saru sih sebenarnya, tapi bagaimana ya kok bisa- bisanya tuh bapak ngehubungin kualitas pecel lamongan dengan jablay nya. Kira- kira relevan nggak itu?

Kalau menurut kalian gimana?



Ingat Nggak?


Ingat nggakwaktu aku memilih untuk merantau ke kota orang (Jakarta)? Waktu itu kamu mengantarku ke stasiun Jombang dengan masih malu- malu. Karena waktu itu kita baru saja jadian!! Ciyeee....

Ingat nggak pada saat aku berkunjung ke Jombang? Waktu itu kamu memperkenalkan yang namanya bebek goreng di dekat terminal lama Jombang. Padahal saat itu aku taunya kan bebek itu dagingnya alot dan nggak enak. Tapi ternyata enak ya...  akhirnya aku jadi suka makan bebek goreng. Makasih lho ya...

Ingat nggak kalau dulu kita sering telfon- telfonan sampai larut malam, sampai- sampai hp ku digondol maling, Gara- gara ketiduran, pas bangun tau- tau tinggal hands free nya aja yang nyangkut di telinga. Tapi aku langsung telfon kamu kan waktu itu, dengan pinjem hp nya temen. Temenku bilang “hp ilang bukannya dicariin, malah udah telpn- telponan lagi”. hehehe

Ingat nggak pas aku liburan semester, waktu itu kamu pengen banget naik kereta. Kamu kan bilang kalau belum pernah naik kereta. Akhirnya kita nungguin kereta di stasiun Jombang sampai subuh. Gokil  banget yaa, demi pengen naik kereta kita rela nungguin kereta yang dari Jakarta sampai begadang di stasiun. Ehh tapi sempet berantem dulu ya, gimana nasib rambutan satu kantong plastik yang aku buang itu? Hehe.  Tapi nggak papa, akhirnya kamu bisa merasakan juga naik kereta. Waktu itu kita ke surabaya kan ya? Yang pagi- pagi pas nyampai di stasiun Gubeng Surabaya langsung sarapan pecel Madiun itu.

Ingat nggak waktu kita main ke Kebun Binatang Surabaya, padahal disitu kan pengunjungnya anak- anak sama orang tuanya. Aku jadi berasa jadi bapak- bapak lho. Hahaha

Ingat nggak waktu kamu main ke Jakarta, waktu itu kamu ngajak ke Monas kan. Kamu bilangnya kan pengen tahu kalau malem- malem di monas ada apa. Tau nya disana banyak banget pengamennya, terus nggak mau kalau dikasih duit seribu, mintanya yang lima ribuan. Nggak lama pulang deh kita gara- gara makin banyak yang ngamen.

Ingat nggak waku kita mudik ke Jawa, waktu itu kita kan marahan. Diem- dieman terus di kereta, padahal kan waktu itu kita lagi puasa, tapi kok marahan ya. Hehehe.  Tapi pas sampai di stasiun Kejaksan (Cirebon) kita udah damai kan ya. Abis itu kita buka puasa bareng di dalem kereta.

Ingat nggak waktu kita buka puasa di masjid Al- Akbar Surabaya, waktu itu kamu masakin aku ayam, omelet, tempe dan banyak banget. Pas adzan maghrib kita kan beli es rumput laut juga, tapi rasanya nggak manis sama sekali ya... dasar pedagang, maunya untung besar doang.

Setahun kemudian...

Besok aku mudiknya sendirian, kemaren udah beli tiket tapi satu doang. Kita nggak bisa marah- marahan lagi di kereta, nggak bisa buka bareng di kereta. Pasti waktu aku nengok ke samping yang ada itu orang lain, bukan kamu lagi.

Wednesday, May 22, 2013

Katanya Ahmad Fathanah itu...


Enak kali ya jadi Ahmad Fathanah, tampang pas- pasan tapi dikelilingi sama fustun- fustun, alias cewek- cewek cakep. ada yang katanya masih mahasiswi, ada yang artis nasional papan atas, ada yang katanya bintang model majalah dewasa dan ada juga yang katanya biduan dangdut.

Semua cakep- cakep lho, nggak ada yang jelek. Padahal Ahmad Fathanah nggak cakep- cakep amat, nggak keren juga, sudah berumur lagi, nggak kece bangetlah pokoknya. kalau di bandingin sama Ariel NOAH kan jauh banget bro,,,

Katanya sih semua gara- gara duit, siapa sih yang nggak ngiler sama duit? Tapi kalau memang mau kayak gitu mbok ya ganti nama dulu, selametan buat ruatan ganti nama. Jangan pake Ahmad Fathanah, kasian si mbok mu yang sudah ngasih nama yang sangat baik itu. Udah namanya Ahmad Fathanah, kalau ngomong pake ana antum, jenggotnya kece, mukanya sok ustadz lagi.. ee taunya kayak gitu.

Belum lagi temennya, si mantan presiden partai ituu, yang katanya sedang menjalin asmara dengan anak yang masih SMK (katanya sih sebagai simpanannya). Katanya ini kan orang- orang beragama, kok malah kayak gini, itu cocoknya jadi bapaknya bukan suami. Alangkah baiknya beragama itu ya biasa- biasa saja, ndak usahlah terlalu ngoyo kalau cuma buat tameng. Jidat udah item, taunya madon juga.

Katanya kan hidup itu ya biasa- biasa saja, selama ndak ngambil punya orang, ndak membunuh, jalani perintah agama sewajarnya ya sudah, ndak perlu neko- neko lagi. Jangan sampai belajar macem- macem ilmu agama ke penjuru dunia, tapi ujungnya hanya untuk mencari pembenaran atas tindakannya sendiri yang sebenarnya salah.
  

Tentang Entrok


Ada yang tahu apa itu entrok? Entrok adalah sebuah kosa kata dari bahasa jawa yang artinya Bra atau BeHa. Ini adalah kosa kata dari jawa bagian agak tengah kebarat- baratan alias daerah Tegal dan sekitarnya. Gue mengenal kata entrok ketika membaca novel mbak Okky madasari, dia menulis sebuah novel yang berjudul ‘entrok’ terbitan gramedia.

Didalam novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak yang baru beranjak dewasa untuk memiliki entrok tersebut. Pada waktu itu sekitar tahun 50an didaerah Magetan, entrok merupakan sesuatu yang masih langka, hanya kalangan tertentu saja yang bisa memiliki dan memakainya.
Namanya Sumarni, bocah perempuan yang berasal dari keluarga yang sangat miskin. Setelah ditinggal ayahnya minggat dia hidup sebatangkara dengan si mboknya, sehari- hari singkong adalah makanan utamanya, itu pun didapat dari kerja keras si mbok seharian jadi buruh kupas singkong di pasar, satu kilo hasil ngupas singkong dibayar dengan satu buah singkong.

Suatu ketika dia melihat sepupunya yang bernama Tinah memakai  entrok, Sumarni menjadi sangat menggebu- gebu untuk bisa memiliki entrok seperti yang dipakai oleh sepupunya itu. Dalam benaknya dengan memakai entrok  dia akan bisa berlari dengan leluasa, tanpa takut akan terganggu dengan payudaranya yang mulai mringkili, hahaha Rada- rada parno sih sebenernya nyeritain ini.
Akan tetapi dari apa yang disebut enrok ini, Sumarni jadi bisa memotong rantai kemiskinan dalam hidupnya. 

Dia tidak mau seperti perempuan- perempuan kere di desanya, yang sudah puas dengan hanya diupah singkong sewaktu menjadi buruh. Dia memutuskan untuk menjadi kuli seperti laki- laki di desanya, karena hanya dengan menjadi kuli dia bisa mendapatkan uang.

Beberapa hari nguli Marni mampu menghasilkan beberapa rupian uang, ditabunglah uang itu kedalam wadah dari bambu. Setelah dirasa uang yang dikumpulkannya itu cukup akhirnya Sumarni  membeli apa yang di idam- idamkannya, entrok. Akan tetapi setelah mendapat entrok, dia tidak lantas berpuas diri, dia tetap nekat menjadi kuli hingga memiliki tabungan uang yang lumayan banyak. Dihitung- hitungnya uang itu, kemudian dia berfikir untuk membelanjakan uang- uang itu dengan berbagai keperluan dapur dan di jual kerumah- rumah. Dia berfikir dengan berjualan ke rumah- rumah maka orang yang malas untuk ke pasar akan membeli dagangannya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, dagangan Sumarni semakin besar. Kemudian dia menikah dengan Tejo pemuda desanya yang bekerja sebagai kuli di pasar. Usahanya berlanjut dengan dagangan uang, ia meminjamkan uang- uangnya ke tetangga dengan catatan harus membayar dengan bunga 10 %, semakin lama usaha Sumarni semakin besar dan besar, meskipun banyak yang menentang dengan alasan kerjaan Sumarni adalah rentenir dan lain sebagainya. Sumarni tek bergeming, toh yang mencela itu juga meminjam uang darinya.

Semakin hari Sumarni semakin kaya, dia menjelma sebagai konglomerat baru didesanya, seorang anak buruh pengupas singkong yang setiap hari hanya kenal singkong bisa menjadi konglomerat didesanya, dan kekayaannya melebihi para pamong- pamong desa dan para priyayi. Banyak yang menuduh dia memelihara tuyul atau meminta pesugihan.

Didalam novel ini, juga menceritakan bagaimana kiprah orang- orang berseragam ijo loreng- loreng yang katanya pahlawan dan tugasnya mengamankan rakyat alias para tentara. Akan tetapi yang sebenarnya mereka adalah kumpulan orang yang paling berkuasa, menyiksa orang semanunya, menebar ancaman sana- sini dan setiap dua minggu sekali dia ke rumah Sumarni untuk meminta uang tagihan keamanan.

Disini juga diceritakan bagaimana pergolakan batin antara Sumarni dan anaknya. Sang anak yang bernama Rahayu disekolahkan oleh Sumarni, akan tetapi dari sekolah tersebut malah membuat Rahayu membenci Sumarni. Rahayu menganggap kalau Sumarni ibunya itu syirik karena selalu membuat sesajen berupa pangangan- panggangan di hari- hari tertentu. Sumarni tidak merasa sebagai orang yang syirik, karena cara seperti itulah yang diajarkan oleh ibu Sumarni pada masa lampau. Iya disini Sumarni sebenarnya adalah non- muslim, dia masih percaya dengan leluhur. Akan tetapi Rahayu tetap saja menganggapnya salah, tanpa mau mengajarkan bagaimana ajaran Islam yang diyakininya,

Perang batin antara ibu dan anak itu berlanjut hingga Rahayu memutuskan untuk kuliah di Jogjakarta. Disana dia masuk dalam kelompok pengajian yang membawanya terlibat dalam membantu warga mempertahankan tanah lahir mereka dari rencana pemerintah untuk menggusur dan menjadikannya sebagai waduk.   
Akibat dari kejadian ini Rahayu ditangkap oleh para tentara dan dipenjara, hingga kemudian enam bulan setelahnya dia bebas. Akan tetapi kebebasannya ini tidaklah kebebasan dengan kebahagiaan, Rahayu mendapat stempel yang sama dengan orang- orang PKI di KTPnya. Hal inilah yang membuat Sumarni sangat terpukul, anaknya di kuliahkan dengan memeras keringat tanpa kenal lelah, semua dijalani untuk membiayai sekolah anaknya itu. Akan tetapi ketika selesai kuliah dia mendapati anaknya dianggap PKI oleh pemerintah.

Dan dengan adanya stempel PKI di KTP Rahayu maka itu berarti menutup semua aksesnya, dia tidak akan lagi mendapat akses untuk bekerja menjadi pegawai seperti yang dicita- citakan oleh Sumarni ibunya. Bahkan orang akan berfikir seribu kali untuk hanya sekedari menikahinya. Hal inilah yang pada akhirnya membuat Sumarni kalap dan menjadi gila. 

Wednesday, May 15, 2013

Masak- Masakan di Tempat Kos

Jadi ceritanya hari ini ada tamu yang datang ke kosan, temen lama yang katanya sekarang sudah menjadi pengusaha perkebunan di kampung halamannya, didaerah Pemalang (bukan PAMULANG yaa..).
Ini bentuk perwujudannya, hampir mirip kayak HULK. namanya  panjang, tapi  biasa dipanggil "MOY" saja.

Tanpa Ba Bi Bu, dateng- dateng langsung ngajakin buat masak- masakan di Kosan. Karena dia yang mau membiayai seluruh biaya yang akan dikeluarkan. akhirnya kita setuju- setuju saja.

Duit dengan warna merah gambar orang berpeci (100rb-an) pun dikeluarkan dari dompet si moMOY. OJI dan ANIQ yang berangkat belanja ke Pasar Ciputat.

"Lu yang ke pasar ya, kan pada pinter belanja" instruksi moMOY kepada OJI dan ANIQ.

Abis maghrib OJI dan ANIQ langsung cap cus ke pasar ciputat, dan balik - balik bawa kantong plastik penuh dengan belanjaan.

Ini lah hasil dari ekspedisi mereka di Pasar.

Ini kangkung yang sudah dipotong- potong
Hal yang tidak mungkin ditinggalin ketika masak- memasak ya ini... CABE

Karena harganya murah, akhirnya di beli deh yang satu ini, TOGE (katanya baik untuk lelaki hahaha)
Selain ketiga bahan makanan diatas, kita punya bahan makanan andalan sepanjang masa. tanpa bahan makanan yang ini makan itu nggak bakal berasa makan. hahahaha... apakah itu??? ini diaa....

Ya inilah dia, IKAN ASIN... jadi kalau nanti masakannya nggak ada rasanya, masih ada ini. kan lumayan meskipun hanya berasa ASIN.
dan ini adalah TEMPE yang sudah di potong2. 
Dan ini adalah proses bagaimana kita- kita masak- masakan di tempat kos.

Ini OJI yang sedang mengiris- iris bawang, dia kaget pas gue POTO. maklum orang UDIK jadi begitu.. wkwkwkw Sory JI..
Ini moMOY lagi, dia sih hanya PENCITRAAN saja. biar dikira ikut masak2.. padahal mah cuma numpang POTO hahaha.
Ini si FARID (yg pake kemeja) dan ANIQ, mereka lagi berdiskusi bagaimana cara memotong cabe yang benar, agar tercipta cita rasa yang sempurna. .. Lebayyyy.
kalau yang ini entah siapa dan datangnya dari mana, tiba2 nongol aja di pintu. yaudah dengan terpaksa gue poto juga. Kasiannn!!! hahaha Coryyyy MAKSUS (namanya dia)... 
Kalau ini gue sendiri, bagian masak NASI haha.
Dan ini adaah KOKI terhandal yang kita miliki, ibarat kata dia itu Chef JUNA nya MASTER CHEF. namanya BUNG HANAN. dia yang bagian memasaknya.


Setelah sekian lama bergulat dengan Bawang, Cabe, Tempe dan Minyak goreng. akhirnya jadi juga masakannya... yahhh masakan ala kadarnya, yang penting Barokah...

Ini dia yang ditunggu2, hasil jerih payahnya.
Tanpa menunggu aba- aba lagi, langsung diserbu saja tuh makanan...
Sorry yaa.. kalau ini jadi pemandangan yang nggak asik buat kalian...
Setelah semua makanan dilahap abis tiba- tiba muncul sesuatu dibalik pintu...

"Woyy ada apaan ini?" Katanya sambil membawa handuk dipundaknya. hahahahaha.
Cukup sekian kisah masak- masakannya hari ini, semoga sudah pada kenyang...

BTW, ini PERMEN punya siapa yaaa...

Monday, May 13, 2013

Mengintip Toilet FISIP UIN Jakarta


Hingga saat tulisan ini diposting gue masih berstatus sebagai mahasiswa Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta. Jadi ceritanya FISIP ini sekarang punya gedung baru, setelah sekian lama terombang ambing gak jelas, mulai dari ngedompleng di Fakultas Ekonomi kemudian diusir dan pindah numpang ke Fakultas Psikologi, tak lama merasakan dinginnya AC gedung Psikologi akhirnya diusir kembali dan disuruh pindah ke gedung Psikologi lama. Nah setelah sekian lama berpindah- pindah tempat alias nomaden, akhirnya di akhir 2012 FISIP punya gedung sendiri yang megah dan beda dari kebanyakan bangunan gedung UIN lainnya.

Dengan mengusung tema green building, gedung FISIP berdiri menjulang tinggi, berada di samping lapangan sepak bola akademi Arsenal, dan dibelakangnya disuguhi dengan pemandangan danau situ gintung. Terkesan sebagai kampus yang mewah, modern dan juga dikelilingi dengan pemandangan yang bagus.



ini gedung FISIP UIN Jakarta, tampak muka.



Gue sebagai salah satu mahasiswa FISIP turut merasa bangga dan terpesona dengan kemegahan arsitektur bangunan gedung ini, meskipun gue belum pernah sih merasakan empuknya kursi dan dinginnya AC yang mengitari gedung tersebut, ya maklum saja  karena  status gue  sudah sebagai mahasiswa semester akhir disini dan tinggal ngerjain tugas akhir (TA) doang jadi udah nggak ada kuliah lagi.

Suatu ketika gue berkunjung ke gedung FISIP, gue amati setiap sudut yang ada ujung timur ke ujung barat. “baguss banget gedungnya..” kata gue dalam hati. Gue masuk ke lantai dasar (Lounge-nya), ‘sangat elegan’ itu kesan gue terhadap gedungnya. Akan tetapi bagi gue sebuah gedung baru bisa dinilai bagus jika sudah melihat toiletnya, kalau toiletnya bagus dan bersih biasanya bagian yang lain juga pasti bagus dan bersih.

Langsung gue menuju arah toilet. Di gedung FISIP ini tak susah menemukan toiletnya, dari pintu masuk yang depan tinggal belok kiri dan lurus saja sampai mentok pasti bakalan ketemu toiletnya. Setelah gue ketemu dengan toiletnya langsung saja gue masuk ke dalemnya, ‘hmmm.. cukup bersih dan bagus toiletnya’. Toilet cowok dan cewek letaknya berdampingan, ditoiilet yang cowok ada 3 buah tempat buat kencing dan 2 buah tempat BAB, ditambah sebuah wastafel dan kaca (buat ngaca), kalau ditoilet yang cewek gue kurang tau apa isinya.

Sekilas tak ada yang aneh di toilet ini, namanya juga toilet baru pasti masih bersih dan bagus. Tapi nggak tau setahun atau dua tahun lagi, harapan gue sih tetep dipertahanin seperti ini. Setelah gue keluar dari toilet dan menutup pintunya baru gue sadar ternyata sebenernya ada yang ganjil di toilet ini. Entah karena ini disengaja atau tidak, gue nemuin sesuatu yang lucu. Jadi di pintu, kan biasanya terpampang penunjuk mana yang buat cewek dan mana yang buat cowok. Begitu juga dengan di toilet FISIP ini, akan tetapi anehnya yang terpampang bukanlah “wanita” dan ”pria” atau “ladies” dan “gent”, akan tetapi yang ada adalah “wanita” di pintu toilet cewek dan “gent” di pintu toilet cowok.

Ini nih pintu toiletnya, Lihat penunjuk yg nempel di pintu!!

kalau kurang jelas nih gue perjelas...!!!




Lah, gue kan jadi heran. Kenapa tulisannya percampuran dua bahasa gitu? Harusnya kalau inggris ya inggris saja, atau kalau indonesia ya indonesia saja, lah ini masak yang satu ‘wanita tapi satunga malah ‘gent’.
“wah ini berarti menunjukan kalau cewek di FISIP bahasa inggrisnya lemah nam, makanya nggak dibahasa inggrisin biar mereka paham” kata temen gue.

Tapi mungkin saja tukang bangunannya pas beli kehabisan yang sepaket, makanya dikasih yang itu. Kalau belum pada lihat, cek deh di toilet lantai dasar gedung FISIP...




Friday, May 10, 2013

Pelatihan Jurnalistik Rakyat Merdeka Online (RMOL)


Dulu waktu gue masih SMA (MAN Tambakberas Jombang), gue pernah ditunjuk sekolah gue untuk jadi ketua panitia training jurnalistik di sekolahan. Akan tetapi kali ini, di training jurnalistik yang diselenggarakan oleh RMOL gue bertindak sebagai pesertanya. Ya, sebuah training Jurnalism yang diadakan oleh salah satu media online yaitu ‘Rakyat Merdeka Online’.

Dunia jurnalistik mulai gue kenal semenjak masih sekolah, waktu masih kelas 1 SMA gue ikut acara training jurnalistik yang diadakan oleh OSIS sekolahan gue. Dan alhamdulillahnya waktu itu gue terpilih sebagai siswa terbaik dalam training tersebut, yang akhirnya kemudian ketika kelas 2, gue ditunjuk untuk menjabat sebagai koordinator jurnalistik dan juga sebagai pimpinan umum majalah ‘Elite’ (majalah sekolahan gue yang terbit setahun sekali).

Gue sebenarnya lebih tertarik pada dunia tulis menulisnya dari pada dunia kejurnalistikan, karena gue terbiasa menulis apapun, bahkan mungkin sesuatu yang sangat tidak menarik bisa gue jadiin sebagai sesuatu yang sangat menarik untuk dibaca (enak dibaca menurut gue sendiri, kalau menurut kalian, Nggak tau dehh..). Bahkan hingga saat ini obsesi gue untuk bisa menerbitkan sebuah buku masih gue kejar, gue selalu bermimpi untuk menjadi penulis profesional.

Tepatnya tanggal 24- 28 April 2013, disalah satu gedung yang bernama ‘gedung graha Pena’ milik Jawa Pos Group dikawasan Kebayoran lama Jakarta Selatan, acara training jurnalism RMOL dilaksanakan. Peserta berjumlah hampir 20 orang yang meskipun semakin hari semakin menyusut jumlahnya, mereka berasal dari beragam kampus, ada yang dari UIN, UI, BINUS, London School dan lainnya,

Banyak ilmu dan pengalaman yang gue dapet disini, terlebih mengenai sejatinya media online itu seperti apa? sebenernya gue udah pernah magang sebagai jurnalis di harian detik (meskipun cuma sebulan) akan tetapi disitu  sifatnya sebagai media ‘harian’ yang terbit dua kali dalam sehari, bukan media yang online yang bisa menyajikan berita setiap saat, meskipun hariannya terbit dalam bentuk e-paper juga.

Kebetulan yang mengisi materi dalam training tersebut adalah Pimpinan Redaksi dari RMOL sendiri, yang kebetulan juga salah satu dosen gue di UIN Jakarta, namanya Mr. Teguh yang terkenal dengan blog pribadi ‘teguhtimur.com’ yang katanya menawarkan cara pandang.

Gue disini belajar banyak hal tentang media, mulai dari belajar tentang ilmu komunikasi, tentang bagaimana sejarah media/ pers ditanah air, code of conduct jurnalis dan juga struktur organisasi dari sebuah media masa. Akan tetapi ada satu hal yang mungkin diluar materi akan tetapi sangat berharga buat gue adalah cerita pengalaman dari Mr. Teguh saat meliput, ceritanya sangat seru hingga meliput ke daerah perang, daerah konflik dan yang paling menegangkan adalah ketika beliau sempat menghuni jeruji bui dalam rangka menjalankan tugas kejurnalitikannya di Timor Leste, sungguh sebuah pengalaman yang menegangkan dan mungkin tidak akan terlupakan dalam hidupnya.

Dan yang paling seru dalam acara ini adalah ketika kita para peserta diharuskan melakukan sebuah simulasi, dimana seluruh peserta dibagi menjadi 2 kelompok, dan didalam kelompok dibentuklah sebuah struktur organisasi dari sebuah media masa, ada pimpinan redaksi (pimred), ada editor/ redaktur dan juga reporter. Gue masih inget bagaimana serunya ketika reporter harus berjibaku ke lapangan untuk mencari nara sumber, dan bagimana redaktur dan juga pimred nya dipusingkan dengan deadline yang telah ditentukan, seru deh pokoknya...

Acara ini di akhiri dengan evaluasi dari seluruh rangkaian kegiatan oleh Mr. Teguh dan kemudian dilanjut dengan foto- foto dan pembagian sertifikat sebagai oleh- oleh dari perjuangan selama lima hari mengikuti pelatihan jurnalistik di RMOL..

Thankz RMOL dan seluruh temen- temen peserta buat ilmu dan pengalamannya...




Monday, May 6, 2013

Balada Penjaga Warkop


Menjelang maghrib, hujan rintik- rintik ditengah perjalanan menuju rumah seorang temen didaerah Pekayon, Pasar rebo. Karena tak ada jas hujan akhirnya gue neduh dipinggiran jalan tepatnya didekat pertigaan gang yang akan masuk ke kompleks perumahan temen gue. Gue berteduh didepan sebuah ruko yang sedang tutup.

Semilir angin yang mengiringi hujan membuat badan yang agak basah ini terasa menggigil, sepertinya gue harus mencari sesuatu untuk menghangatkan badan. Tepat disebelah ruko tempat gue berteduh ada sebuah Warung Kopi (Warkop), gue lihat ada beberapa anak muda yang lagi ngerokok sambil ngobrolin tentang motor mereka yang diparkir di depan warkop.

“gue kemaren abis ganti knalpot nihh.. lumayan abisnya 300 ribu, tapi sebandinglah sama suaranya” begitulah obrolan mereka yang sayup- sayup gue denger.

Akhirnya karena tak sanggup menahan dingin,gue pun segera beranjak dari tempat gue neduh dan pergi ke warkop tersebut.

“Bang, teh manis anget dong..”
“iya dek, tunggu bentar ya..” jawab abang penjaga warkop.

Warkop atau warung kopi setahu gue memang jadi budaya khas tersendiri di Ibu kota, menu sajian yang serba instan dan cepat menjadi pilihan utama para penduduk ibu kota yang nota bene hanya memiliki waktu senggang yang cukup singkat.

Makanan yang disajikan di warkop memang cenderung makanan- makanan yang ringan dan cepat saji. Semisal indo mie dan aneka minuman sachet, kopi pun juga kebanyakan dalam bentuk sachet. Ya semua itu lagi- lagi tentu karena faktor lingkungan,  warga ibu kota cenderung suka yang short time. Maka lahirlah yang disebut warkop.

Padahal kalau dikampung, tempat nongkrong itu intinya ya pada kopinya, mereka (orang kampung) lebih mementingkan selera lidah. Jangankan pakai kopi sachet,warung yang pakai kopi racikan tapi ternyata kurang enak pasti akan ditinggal pelanggannya. Oleh karena itu kalau dikampung racikan kopi itu bisa menentukan ramai atau tidaknya pengunjung sebuah warung. Kalau racikan kopinya mantepp, meskipun suami dirumah sudah dibuatin kopi sama istrinya yakin dehh dia bakal tetep ke warung untuk beli kopi.

“Ini dek teh anget manisnya..” kata penjaga warkop. Gue sebenarnya nggak suka ngopi, makanya pesennya teh anget saja.

“udah berapa lama bang disini?” tanya gue ke abang warkop.
“wah udah lama dek, udah hampir lima tahunan kali..” jawab abangnya. Sambil menunggu hujan reda gue ngobrol ngalor ngidul sama abang penjaga warkopnya.

Warkop ini memang letaknya cukup strategis, berada tepat disamping jalan pertigaan. Jadi setiap orang bisa mengakses warkop ini dengan mudah. Selain itu, tempat ini juga kerap dijadiin ajang nongkrong para anak- anak ABG buat saling pamer motor dan juga godain cewek- cewek yang lewat.

Dibalik kesan warkop yang sederhana dan sangat merakyat ini, dan juga ditambah dengan isi warkop yang serba makanan murah, ternyata  ada kisah luar biasa yang mengiringi pembentukan warkop ini.

Menurut pengakuan abang  warkop , warkop ini dia buat nggak lama setelah dia memutuskan untuk resign dari pabrik tempatnya bekerja.

yahhh, saya kecewa dek dengan tempat saya bekerja dulu. Tidak ada penghargaan sama sekali pada karyawan yang lebih senior. Selalu saja karyawan yang muda- muda yang diangkat..” papar abangnya.

Berlatar dari kekecewaan itulah akhirnya abang warkop keluar dari tempatnya bekerja, dan memutuskan untuk mendirikan warkop bersama istrinya.

“saya berhenti kerja, lalu buka warkop sama istri saya. saya buka warkopnya pas banget didepan pabrik saya dulu bekerja. Awalnya saya diomelin istri saya ‘mas kok bikinnya didepan pabrik sih, nggak malu?’ begitu kata istri saya, tapi ini strategi saya dek” jelas abang warkop.

Abang warkop sengaja memilih lokasi didepan bekas pabrik tempatnya bekerja karena punya alasan tersendiri. Baginya tidak ada istilah malu dalam bekerja, apapun pekerjaannya nggak jadi masalah selama halal. Dia buka warkop didepan pabrik dengan asumsi nanti pelanggannya pasti temen- temennya waktu kerja. Jadi sudah tidak perlu repot- repot lagi cari pelanggan.

“namanya juga warkop baru dek, pasti kan agak lama baru dapet para pelanggan. Nah, kalau didepan pabrik kan banyak temen- temen saya yang nanti pada mampir. Dan Alhamdulillah, bahkan sampai mantan bos saya juga nongkrongnya di warkop saya itu” jelas abang warkop sambil terkekeh- kekeh, sesekali dia menyedot rokok yang ada disela- sela jarinya.  

Dari hasil buka warkop si abang mengaku sudah bisa membangun rumah besar dikampungnya, bisa beli motor, dan perabotan- perbotan lainnya. Istilahnya udah makmur karena warkop.

“saya sekarang udah punya warkop 5 dek, yang lain dijaga sama orang. Saya tinggal ambil untung saja ke mereka tiap bulan. Alhamdulillah meskipun saya hanya penjaga warkop tapi nggak kalah deh gajinya sama gaji PNS. Lihat saja ini perut saya juga gendut kan? kayak perut- perut PNS. Bedanya kalau mereka gendut karena uang korupsi, kalau saya kan tidak...” kata abang warkop.

Terang saja makmur, orang satu sachet kopi yang harganya cuma seribu kalau diwarkop dengan ditambah seduhan air panas harganya jadi tiga ribu. Belum lagi Indomie dan lainnya.

Tapi gue sungguh salut dengan keberanian abang warkop ini dalam mengambil resiko untuk keluar dari tempat kerja dan membuka usaha sendiri. Meskipun hanya sebatas usaha buka warkop tapi siapa sangka hingga saat ini usahanya semakin berkembang, dan penghasilannya tiap bulan sudah melebihi gaji orang kantoran yang setiap pagi harus buru- buru berangkat ke kantor dan sore hari harus bermacet- macet ria untuk pulang kerumah.

Sedangkan abang warkop hanya cukup dengan duduk nonton tv sambil sesekali nyeruput kopi dan tak lupa segelinting rokok di selipan jarinya.

“satu lagi dek, kalau buka usaha kayak gini kunci utamanya kita harus bisa nemenin ngobrol pengunjung yang dateng. Mereka dateng kemari kan niatnya pengen nongkrong dan ngobrol. Kalau kita cuekin ya bisa kabur mereka..” tambah abang warkop.

Tak terasa adzan isya’ pun berkumandang, dan gue lihat hujan sudah reda.

“bang saya pamit ya,, mau lanjut perjalanan. Udah reda nih, makasih nih udah sharing pengalamanya..” gue pamitan sama abang warkop dan segera melanjutkan perjalanan kerumah temen gue.

Sunday, May 5, 2013

Ibu Kos vs Bapak Kos #Part 1



Pindah tempat kos atau ngebersihin kosan adalah sesuatu yang gampang... tapi yang susah adalah menghapus semua kenangan- kenangannya (begitu kata mbah Sudjiwotejo).


Kalau pada tulisan- tulisan sebelumnya gue udah bahas tentang bagaimana  cerita pindahan kos ala gue, dan juga tentang celana dalem gue yang nyasar. Kali ini gue bikin spesial edition, kenapa gue bilang spesial? Tentu karena pake telor sama ati ampela (Lohhh!! Dikira Nasi goreng spesial). Tentu bukan itu jawabannya, kali ini gue bakal mengupas tuntas perseteruan yang terjadi antara dua insan yang katanya suami istri, siapakah dia? Ya dialah ibu dan bapak kos gue.

Jadi ceritanya begini,

Bapak kos sama ibu kos gue ini nggak pernah akur, selalu aja bentak- bentakan tiap hari. Padahal anaknya udah dua lho. Yang satu udah lulus SD mau ke SMP yang satu ‘si junior’ masih sekitar 2 tahunan. Pernah pagi- pagi sekitar abis subuh gue kebangun gegara denger suara adu mulut yang membabi buta antara mereka berdua, yang kemudian di akhiri dengan ngambeknya bapak kos gue  dan gak mau berangkat  kerja.
“Kenapa lo nggak kerja?” tanya ibu kos gue sambil monyong2 kepada bapak kos.
“Bodo amat..” jawab bapak kos gue sambil nutup pintu.

Semenjak gue ngekos disini tuh jadi berasa membangkitkan kenangan gue waktu masih ingusan, gue inget banget kalo pas mau berangkat sekolah nggak mau sarapan tapi terus dipaksa sarapan, akhirnya malah nangis terus dijadiin alibi buat nggak masuk sekolah (berarti bisa jadi bapak kos juga sebenernya lagi alibi saja biar ada alasan untuk nggak masuk kerja... heuheuheu).

Akhirnya gue jadi penasaran dengan dua sosok pasangan manusia ini..

Mulailah gue cari tahu,
Gue nanya- nanya ke temen- temen gue yang kebetulan tinggal di kontrakan depan rumah ibu kos gue..
“bro, lo sering denger orang berantem gak sih di depan (rumah kos gue)?”  tanya gue.
“haha ya seringlah, bapaknya kan emang galak.. kita2 aja pernah disiram minyak jelantah sama dia gara2 rame maen PS.. “ papar temen gue.

Jadi kata temen- temen gue bapak kos emang rada aneh, galak banget.. tapi sama gue sih biasa- biasa aja (mungkin karena disitu gue bayar), temen- temen gue yang ada dikontrakan depan rumah ibu kos gue katanya sering  jadi korban kemarahan/ emosi bapak kos gue. Mereka sering disiram pake air kalau lagi rame maen PS, dan yang paling parah katanya sampe di siram minyak jelantah.
Emang sih kalau dari perawakannya bapak kos gue ini tinggi gede dan muka sangar, tapi pas ngomong itu belepotan.   Tapi anehnya kalo lagi berantem adu mulut sama ibu kos gue, lancar banget ngomongnya... jadi heran gue!!

Cerita tentang kisah ibu kos vs bapak kos ini masih panjang lebar, ini baru awalnya saja.. atau istilah kerennya sebagai pengentar.. nanti bakal gue sambung lagi ceritanya.


Wednesday, May 1, 2013

Hari Ini Bener- Bener MayDay



1 Mei 2013
Tahukah kalian 1 Mei itu diperingati sebagai hari apa????
Iyyaaa betuullll sekali jawabannya (Pura- pura kalian udah jawab pertanyaan diatas) heuheuheu.

Bagi yang belum tahu atau lupa gue kasih tau dehhh,, 1 Mei itu diperingati sebagai Hari Buruh Dunia. jadi bukan hanya Kartini saja yang mempunyai Hari, buruh juga punya...!!   
Hari ini banyak demo di Jakarta, yang gue lihat di TV sih sampai memenuhi jalan raya. Katanya jumlahnya sampai ratusan ribu orang. Pasti banyak pabrik yang pada libur tuh hari ini gegara karyawannya lagi pada demo..

Selain diperingati sebagai hari buruh, 1 Mei juga sering disebut dengan istilah “MayDay”, ada yang tahu arti kata “mayday”??
Yahhh jawabannya salahhh.. (pura- pura kalian udah jawaban pertanyaan diatas, tapi jawabannya salah).

Gue kasih tau deh arti kata “mayday”. Jadi konon katanya ‘MayDay’ ini sebenarnya berasal dari bahasa Perancis yaitu “m'aidez” yang artinya ‘tolonglah saya’ (makanya para pilot atau nahkoda kapal kalau lagi butuh pertolongan pada teriak ‘maydai’ mayday’. Oleh karena kesulitan dalam membacanya akhirnya kata ‘m'aidez’ diplesetin lidah jadi kata ‘mayday’. Kurang lebih begitu.

Di hari yang disebut’ MayDay’ ini nasib gue juga sama dengan nasib buruh- buruh yang sedang berdemonstrasi diberbagai sudut Jakarta. Para buruh meneriakan kalimat ‘tolonglah saya’ (Mayday) dengan menaikan kesejahteraan hidup saya atau dengan bahasa kasarnya ‘Naikin UMR nya lagi dooong pakkk!!!’.  Kurang lebih sih begitu perkiraan gue.
 Begitu juga dengan yang gue alami hari ini,
Jadi ceritanya beini..

Hari ini, tepatnya diperbatesan Tanggerang Selatan dan Jakarta (Ciputat) pada 1 Mei 2013. Jakarta dipagi hari terlihat cerah bahkan sekitar pukul 09-00 wib panas matahari mulai menyengat. Akan tetapi seusai adzan dzuhur keadaan mulai berubah menjadi gelap dan tak lama turunlah hujan lebat, dan hujan ini lamaaa banget sampai tengah malem nggak reda- reda juga. Jadi detail ceritanya begini...

Ketika hujan sudah turun...
Terjadi sebuah percakapan disebuah kamar kontrakan disekitaran UIN Jakarta.
‘untung gue tadi udah makan’ kata gue ketika jam menunjukan pukul 14:00 (waktu itu hujan belum juga menunjukan akan reda).

Hujan terus menerus tak berhenti sampai sekitar pukul 17:00, yang berubah hanyalah tensinya saja (kadang lebattt bangeettt trus tiba- tiba menjadi gerimis rintik- rintik saja).
Tak terasa ketika menikmati hujan sambil nonton TV tiba- tiba terdengar adzan maghrib dari masjid dekat kontrakan, waktu itu sekitar pukul 18:00 dan hujan pun semakin deras.
‘Makan yookkkk...’ teriak temen gue yang dari tadi asiiik on line.
Tak terasa persedian makanan diperut sudah menipis, lapar pun terasa!!!
‘tungggu hujan reda dulu brooo....’ timpal gue yang sedang menyelesaikan pertandingan demi pertandingan di game footbal manager.

Sejam, dua jam, tiga jam hujan pun tak kunjung reda...
Laperrr banget ini perutt.. maklum baru makan siang doang tadi seharian, paginya moloorrr jadi nggak kebagian waktu buat sarapan. Mau sarapan tapi nanggung karena udah siang yaudah akhirnya gue make teorinya para begadangers (orang yang suka begadang) untuk meniadakan istilah sarapan dalam hidupnya.

Ahh udah jam 10 malem nih, hujan belum selesai juga. Perut udah ngasih warning terus lagi.. temen gue malah udah pada terkapar , jalan pun tak mampu karena saking laparnya, mereka menggerogoti kaki- kaki meja, daun – daun pintu lemari pun tak luput dari eratan mereka. Bahkan yang dari tadi on line malah lebih heroik lagi, dia searching gambar- gambar makanan enak, kemudian dengan lahap dia melumat layar monitornya. Tembok- tembok kamar pun tak luput dari keganasan mereka, dipecah- pecahkan tembok itu, kemudian mereka mencoba melahap pecahan- pecahan tembok tersebut layaknya kerupuk. Hahaha lebay banget yaaa... itu Cuma bohongan kok!!! Hihihihi.

Tapi yang jelas waktu itu kita seluruh penghuni kontrakan kelaparan, akan tetapi tak mampu berbuat apa- apa. Hanya mampu melongo didepan pintu nungguin hujan kapan reda agar bisa beli makan...
Karena hingga jam 11 malem hujan tak kunjung reda.. akhirnya semua penghuni kosan memutuskan untuk mengibarkan bendera putih sambil teriak ‘mayday’ mayday’ mayday’ (tolonglah kamiii... tolonglah kamiii... tolonglah kamiii....).. tolonglah kami yang sedang kelaparan ini... hahahaha.
Tak lama kemudian sekitar hampir jam 12aan hujan pun reda...
‘horeeee... makanlah kitaa...’
Ya begitulah pengalaman ‘mayday’ gue... kelaparan karena hujuan yang tak kunjung reda.
Bagaimana dengan pengalaman ‘mayday’ kalian???