Wednesday, July 10, 2013

Yang Dilakukan Mahasiswa (TEJO) Ketika Menjelang Bedug Maghrib

Dugg.. dugg.. duggg... (bedug maghrib)

Santap ayam bakar, santap es sirup, santap buah- buahan, semua disantap!!!
Hal itu tidak terjadi pada Tejo, mahasiswa rantau yang tinggal ditempat kos.

Mahasiswa dan kos- kosan adalah dua variabel yang saling bersinggungan, yang mana menunjukan sebuah arti serba keterbatasan. Mahasiswa yang menjadi anak kos selalu diidentikan dengan hidup sendiri (mandiri), nggak ada orang tua yang ngurusin, nggak punya ini dan itu dan lain sebagainya. Begitu juga dengan Tejo, pemuda asal pulau nan jauh disana yang sedang merantau untuk menuntut ilmu di Ibu kota indonesia ini.

Sebagian orang ketika mendengar bedug maghrib maka langsung menyantap makanan yang tersedia diatas meja untuk berbuka puasa. Namun berbeda dengan Tejo yang berprofesi sebagai anak kos tersebut, jangankan berharap meja yang penuh dengan makanan dan es buah yang segar, meja aja Tejo nggak punya.

Nah, karena itulah, akhirnya dia ketika menjelang bedug maghrib menciptakan sebuah kebiasaan- kebiasaan yang berbeda dengan orang pada umumnya. Apakah itu?

·        Ngabuburit Ala Tejo
Sehabis ashar dihabiskan Tejo untuk menonton tv. Iya, itulah ngabuburit ala Tejo. Berbeda dengan orang lain, kalau orang lain ngabuburitnya dengan jalan- jalan naik motor menikmati indahnya sore hari, tejo cukup nonton TV.

Tejo punya alasan sendiri kenapa dia ngabuburitnya hanya dengan menonton tv saja. Apa itu alasannya? Menghemat BBM, seiring dengan naiknya harga BBM namun uang kiriman tidak ikut naik maka dia harus menghemat pengguanaan BBM, jangan sampai tekor diakhir bulan.
Jadi cukup dengan melototin tv buat tejo adalah ngabuburit yang indah.

·         Saut ta’jil* pinggir jalan
Menjelang maghrib, maka tejo pun segera bersiap- siap, siap- siap apa? ya siap- siap nyari makanan buat buka puasa dong. Celana jins warna biru dan kaos warna kuning agaknya membuat Tejo semakin kece.

Motor distarter, helm dipasang ke kepala dan langsung tancap gas. Jalanan Jakarta yang macet memaksanya harus memacu motornya pelan- pelan saja. Dengan pelan- pelan saja sebenarnya adalah sebuah keuntungan tersendiri buat tejo, kenapa? Dengan beditu dia akan bisa lebih fokus lagi dalam memperhatikan samping- samping jalanan.

Buat apa tejo harus memperhatikan samping jalanan? Soalnya biasanya ketika menjelang berbuka puasa dipinggir- pinggir jalan sering ada yang bagi- bagi ta’jil. Biasanya mereka berdiri disamping jalan dengan mengulurkan sebotol aqua gelas dengan maksud agar pengendara motor mengambil ta’jil tersebut.

Haapppp...

Tejo pun dengan sukses meraih satu buah aqua gelas yang diatasnya terdapat 3 butir korma yang dimasukan ke plastik dan distaples dengan aqua gelasnya

“Lumayaannn...” Tejo bersyukur dalam hati.

·         Mendarat ke Masjid
Perjalanan tejo pun berlanjut, meskipun sudah mendapatkan ta’jil berupa satu aqua gelas dan 3 butir korma, ternyata tak menyurutkan niat tejo untuk tetap mencari makanan buat berbuka.
Bukan restaurant cepat saji atau masakan padang yang dituju. Akan tetapi sebuah masjid yang bernama “Al- Ikhlas”, ngapain tejo kesitu? Ya nyari buka puasa gratislah, masak mau belanja pakaian. Nama masjidnya aja udah “Al- Ikhlas” pasti ikhlas membagikan makanan- makanan buat orang- orang seperti tejo ini.

Dengan berbuka dimasjid, tejo bisa menghemat koceknya dan mendapat pahala karena sumbangan- sumbangan makanan yang dibagikan masjid ada yang mengkonsumsi. Kalau nggak ada orang- orang seperti tejo kan nanti mubadzir itu sumbangan- sumbangan makanan.

Oke sekian, kisah tejo seorang mahasiswa yang mencari jati dirinya ketika mendengar bedug maghrib di bulan puasa.

Selamat menjalankan ibadah puasa...


*Ta’jil itu makanan kecil yang biasanya dikonsumsi sebelum berbuka puasa.

No comments:

Post a Comment