Saturday, July 13, 2013

Malam Minggu Molen

Ini adalah judul spontan yang muncul saat terjadi obrolan absurd gue dengan seorang teman lama. Berawal dari sebuah obrolan tentang banjir dan skripsi, akhirnya gue dengan instan mengatakan kalau judul skripsi gue adalah “malem minggu molen”. Lagi- lagi dengan spontan semua tertawa terbahak- bahak.

Kenapa coba harus “malem minggu molen”? Apakah itu adalah plesetan dari sebuah film komedi karya Radityadika yang berjudul  “malem minggu miko” ? jawabannya tentu tidak.

“Malem minggu molen” adalah dua variabel yang ternyata saling mengisi dan bersimbiosis mutualisme. Analisanya itu begini, kita bahas satu per satu, variabel yang pertama adalah malem minggu, malem minggu boleh jadi bagi sebagian orang adalah malam yang indah dan “mak nyuss”, muda mudi memanfaatkan malam minggu untuk nonton bioskop atau makan malam sama pacar, mungkin bagi orang- orang seperti mereka ini malam minggu akan menjadi malam yang mengesankan.

Akan tetapi bagaimana yang terjadi terhadap sebagian kaum yang lain, apalagi kalau bukan kaum jomblo dan Long Distance Relationship (LDR). Kaum yang ini pada umunya berharap ketika malam minggu hujan akan turun dengan membabi buta ketika menjelang maghrib hingga tengah malem. Mungkin mereka akan merasa sebagai kaum yang paling dirugikan dengan adanya malam minggu ini.

#Hening Sejenak#

Tapi tunggu dulu, mungkin ada sedikit ralat. Tiba- tiba gue berfikir kalau ternyata nggak ada satu pun kaum yang diuntungkan dengan adanya malam minggu ini. Lah katanya tadi muda- mudi yang pacaran itu menganggap malam minggu adalah malam yang indah? Ah ternyata itu nggak juga kok. Bagaimana bisa disebut indah kalau ternyata jalanan dimalam minggu itu macet banget (khusus wilayah Jakarta dan sekitarnya), terus duit yang dikeluarin buat nonton bioskop dan makan malam bagaimana? Bisa- bisa itu adalah duit dari hasil menghemat uang jajan selama seminggu penuh, udah gitu capeknya juga akibat bermacet- macet ria. Ya mungkin saja imbalan dari semua itu adalah rasa seneng, tapi kan rasa seneng itu bisa dicari dengan cara lain yang lebih mudah dan hemat, tanpa harus bermacet – macet ria dan buang banyak duit.

Oke gue akhirnya menyimpulkan kalau ternyata variabel yang pertama alias malem minggu itu memilik makna “nggak enak buat siapa saja”. Entah itu yang pacaran, yang jomblo dan yang LDR , semua dirugikan!! Setuju??

Sekarang ke variabel kedua alias “Molen”. Gue adalah salah satu penggila molen, setiap mampir ke tukang gorengan gue pasti pesennya hanya molen saja, selain berisi pisang yang manis, ternyata molen itu memiliki kulit luar yang renyah dan gurih. Selain itu molen juga merupakan bagian dari gorengan yang gizinya paling komplit, selain mengandung pisang sebagai bagian dari buah- buahan (sehat kan pastinya), didalam molen juga ada karbohidrat yang berasal dari tepung terigu untuk bahan kulit molen, ditambah lagi dengan harganya yang murah meriah cukup 500 rupiah saja,  itulah yang membuat saya semakin terkesima dengan makhluk yang namanya molen ini.

Ada yang nggak suka sama molen? Gue yakin semua pasti gemar makan molen, mungkin beli-nya yang nggak suka.

#Nah sekarang bagaimana gue bisa mengambil sebuah analisa kesimpulan kalau ternyata antara malem minggu dan molen itu saling menguntungkan?

Mari kita lihat kembali variabel pertama, disitu dijelaskan dan disimpulkan bahwasanya malem minggu adalah sebuah hal yang ternyata sangat tidak disukai, karena terbukti merugikan semua pihak (kecuali pihak yang ditraktir). Akan tetapi meskipun merugikan dan menyengsarakan tidak seorang pun pisa request untuk hidup tanpa malem minggu, kita nggak bisa minta ke Tuhan buat ngilangin malem minggu. Oleh karena ituah dibutuhkan sebuah pasangan yang tepat untuk mengisi malem – malem minggu manusia agar bisa tercapai kesenangan yang sejati.

Molen kemudian hadir sebagai pasangan tersebut, molen menjadi solusi untuk menjadi sebuah terobosan agar malam minggu- malam minggu manusia tidaklah merugikan, akan tetapi bisa lebih menyenangkan.  

Prakteknya begini:

#Jomblo
Bagi jomblo- jomblo sejati malam minggu akan menjadi indah dengan ditemani molen yang hangat sembari nonton TV. Manisnya rasa pisang akan menjadikan suasana hati menjadi ikut manis.

#LDR
Long Distance Relationship (LDR) atau hubungan jarak jauh yang biasanya intens dengan telpon- telponan atau whatsappan atau BBm-an atau Line-an atau wechat-an atau kakau-an. Banyak banget ya atau nya, namanya juga LDR, ketemu muka nggak, akhirnya social media jadi pelampiasan. Tapi jangan sering- sering juga, nanti cepat bosan.

#Pacaran
Kalau ada molen ngapain harus ke restaurant mahal? Kalau ada molen ngapain harus ke bioskop? Kan makan molen udah bisa bikin kenyang, kan molen bentuknya unik sekali, coba aja lihatin sekat- sekatnya nyenengin banget lho.. hehe. Cukup saja pacarannya dirumah sambil ditemani molen sembari nonton televisi lebih “mak nyusss” kan?

Gimana? Benar kan apa kata gue kalau ternyata malem minggu yang dipadukan dengan molen akan menghasilkan sebuah paduan yang cetar membahana. Merupakan simbiosis mutualisme yang tidak akan membuat siapapun rugi. Selamat mencoba, semoga sukses sahabat molen...



No comments:

Post a Comment