Ada yang tahu apa itu entrok?
Entrok adalah sebuah kosa kata dari
bahasa jawa yang artinya Bra atau BeHa. Ini adalah kosa kata dari jawa bagian
agak tengah kebarat- baratan alias daerah Tegal dan sekitarnya. Gue mengenal kata
entrok ketika membaca novel mbak Okky
madasari, dia menulis sebuah novel yang berjudul ‘entrok’ terbitan gramedia.
Didalam novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang
anak yang baru beranjak dewasa untuk memiliki entrok tersebut. Pada waktu itu sekitar tahun 50an didaerah Magetan,
entrok merupakan sesuatu yang masih
langka, hanya kalangan tertentu saja yang bisa memiliki dan memakainya.
Namanya Sumarni, bocah perempuan yang berasal dari keluarga
yang sangat miskin. Setelah ditinggal ayahnya minggat dia hidup sebatangkara dengan si mboknya, sehari- hari
singkong adalah makanan utamanya, itu pun didapat dari kerja keras si mbok
seharian jadi buruh kupas singkong di pasar, satu kilo hasil ngupas singkong dibayar
dengan satu buah singkong.
Suatu ketika dia melihat sepupunya yang bernama Tinah
memakai entrok, Sumarni menjadi sangat menggebu- gebu untuk bisa memiliki entrok seperti yang dipakai oleh
sepupunya itu. Dalam benaknya dengan memakai entrok dia akan bisa berlari
dengan leluasa, tanpa takut akan terganggu dengan payudaranya yang mulai mringkili, hahaha Rada- rada parno
sih sebenernya nyeritain ini.
Akan tetapi dari apa yang disebut enrok ini, Sumarni jadi bisa memotong rantai kemiskinan dalam
hidupnya.
Dia tidak mau seperti perempuan- perempuan kere di desanya, yang sudah puas dengan hanya diupah singkong sewaktu
menjadi buruh. Dia memutuskan untuk menjadi kuli seperti laki- laki di desanya,
karena hanya dengan menjadi kuli dia bisa mendapatkan uang.
Beberapa hari nguli Marni
mampu menghasilkan beberapa rupian uang, ditabunglah uang itu kedalam wadah
dari bambu. Setelah dirasa uang yang dikumpulkannya itu cukup akhirnya Sumarni membeli apa yang di idam- idamkannya, entrok. Akan tetapi setelah mendapat entrok, dia tidak lantas berpuas diri,
dia tetap nekat menjadi kuli hingga memiliki tabungan uang yang lumayan banyak.
Dihitung- hitungnya uang itu, kemudian dia berfikir untuk membelanjakan uang-
uang itu dengan berbagai keperluan dapur dan di jual kerumah- rumah. Dia berfikir
dengan berjualan ke rumah- rumah maka orang yang malas untuk ke pasar akan
membeli dagangannya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti
tahun, dagangan Sumarni semakin besar. Kemudian dia menikah dengan Tejo pemuda
desanya yang bekerja sebagai kuli di pasar. Usahanya berlanjut dengan dagangan uang, ia meminjamkan uang- uangnya ke tetangga dengan catatan harus
membayar dengan bunga 10 %, semakin lama usaha Sumarni semakin besar dan besar,
meskipun banyak yang menentang dengan alasan kerjaan Sumarni adalah rentenir dan lain sebagainya. Sumarni tek
bergeming, toh yang mencela itu juga
meminjam uang darinya.
Semakin hari Sumarni semakin kaya, dia menjelma sebagai konglomerat baru didesanya, seorang anak
buruh pengupas singkong yang setiap hari hanya kenal singkong bisa menjadi konglomerat didesanya, dan kekayaannya
melebihi para pamong- pamong desa dan para priyayi. Banyak yang menuduh dia
memelihara tuyul atau meminta pesugihan.
Didalam novel ini, juga menceritakan bagaimana kiprah orang-
orang berseragam ijo loreng- loreng yang katanya pahlawan dan tugasnya
mengamankan rakyat alias para tentara. Akan tetapi yang sebenarnya mereka
adalah kumpulan orang yang paling berkuasa, menyiksa orang semanunya, menebar
ancaman sana- sini dan setiap dua minggu sekali dia ke rumah Sumarni untuk
meminta uang tagihan keamanan.
Disini juga diceritakan bagaimana pergolakan batin antara Sumarni
dan anaknya. Sang anak yang bernama Rahayu disekolahkan oleh Sumarni, akan
tetapi dari sekolah tersebut malah membuat Rahayu membenci Sumarni. Rahayu menganggap
kalau Sumarni ibunya itu syirik karena selalu membuat sesajen berupa pangangan-
panggangan di hari- hari tertentu. Sumarni tidak merasa sebagai orang yang
syirik, karena cara seperti itulah yang diajarkan oleh ibu Sumarni pada masa
lampau. Iya disini Sumarni sebenarnya adalah non- muslim, dia masih percaya
dengan leluhur. Akan tetapi Rahayu tetap saja menganggapnya salah, tanpa mau
mengajarkan bagaimana ajaran Islam yang diyakininya,
Perang batin antara ibu dan anak itu berlanjut hingga Rahayu
memutuskan untuk kuliah di Jogjakarta. Disana dia masuk dalam kelompok
pengajian yang membawanya terlibat dalam membantu warga mempertahankan tanah
lahir mereka dari rencana pemerintah untuk menggusur dan menjadikannya sebagai
waduk.
Akibat dari kejadian ini Rahayu ditangkap oleh para tentara
dan dipenjara, hingga kemudian enam bulan setelahnya dia bebas. Akan tetapi
kebebasannya ini tidaklah kebebasan dengan kebahagiaan, Rahayu mendapat stempel
yang sama dengan orang- orang PKI di KTPnya. Hal inilah yang membuat Sumarni
sangat terpukul, anaknya di kuliahkan dengan memeras keringat tanpa kenal
lelah, semua dijalani untuk membiayai sekolah anaknya itu. Akan tetapi ketika
selesai kuliah dia mendapati anaknya dianggap PKI oleh pemerintah.
Dan dengan adanya stempel PKI di KTP Rahayu maka itu berarti
menutup semua aksesnya, dia tidak akan lagi mendapat akses untuk bekerja
menjadi pegawai seperti yang dicita- citakan oleh Sumarni ibunya. Bahkan orang
akan berfikir seribu kali untuk hanya sekedari menikahinya. Hal inilah yang
pada akhirnya membuat Sumarni kalap dan menjadi gila.
Aku yg orang jawa baru tw itu namanya entrok mas, :-D
ReplyDeleteiya mbak sama, saya juga. baru tahu abis baca novel itu.
Delete