Beberapa kali gue mendapat pertanyaan dari temen- temen
tentang kegemaran gue pake angka 7 (tujuh).
Kenapa harus angka tujuh?
Hemmm....
Apakah kalian ingat kalau lagi ber- dzikir, seringnya
bertasbih, bertahmid dan lain sebagainya berapa kali? *Gue nggak nanya orang
yang nggak pernah dzikir.
Pasti jawabannya tujuh kali.
Kalian pas ngaji pernah dikasih tau mengenai lapisan langit
nggak? *Gue nggak nanya sama orang yang nggak pernah ngaji.
Pasti jawabannya langit itu ada tujuh lapis.
Terus pas ngaji juga kalian pernah diajarin mengenai jumlah tingkatan-
tingkatan surga nggak? *Yang nggak pernah ngaji segera ennyah dari blog ini.
Pasti ustadz lo bilang kalau surga itu ada tujuh tingkatan.
Istimewa banget kan ya angka tujuh itu? Beda sama angka tiga
belas (13), katanya angka tiga belas itu angka sial *tapi itu kan cuma katanya.
Lagian sampai hari ini juga belum jelas tuh siapa yang mengatakan dan mendapat
referensi dari mana.
Nah, terlepas dari keistimewaan- keistimewaan yang dimiliki
angka tujuh, ternyata gue juga memiliki pengalaman- pengelaman tersendiri
mengenai angka tujuh ini.
Pengalaman apa maksudnya? *tentu bukan pengalaman kerja.
Gue pertama jatuh cinta dengan angka tujuh itu sewaktu
pertama kali melihat akte kelahiran gue, *kok bisa jatuh cinta ? emang disitu
lagi ada poto cewek seksi yang lagi berpose mengangkat angka tujuh kayak yang di
pertandingan tinju?
Tentu tidak.
Ternyata di akte kelahiran tersebut tertera kalau gue
terlahir di tanggal dan bulan tujuh *tapi
tahunnya nggak 2007, gue nggak semuda itu kali mennn...
Akhirnya gue nyeletuk ke emak gue “emakk, ini tanggal dan
bulan kelahiranku dimanipulasi yaa kok sama angkanya..”
“ya tidak tho, wong itu pak lurah yang bikin”
Iya gue terlahir ditanggal tujuh bulan tujuh dan dihari
sabtu *gue mengartikan sabtu sebagai ‘sab’atun’,
itu bahasa arab yang artinya tujuh, tapi gue nggak tau sih itu bener apa
nggak.
Kisah klasik gue dengan angka tujuh tidak hanya cukup sampai
disitu, entah kenapa sejak kelas satu SD sampai lulus absen gue dikelas selalu
bernomor tujuh, pas SMP sih udah nggak.
Nah, pas dipesantren entah kebetulan atau gimana, sewaktu
gue daftar masuk pesantren, petugasnya ngasih gue kamar yang bernomor tujuh. Sebuah
kebetulan yang sepertinya udah diskenarioin
sama Tuhan *pede amat ya guee.
Ya begitulah, banyak hal yang telah gue lewatin bersama
angka tujuh, semoga sih sebuah pertanda yang
baik. Setujuh kan??
Bilang, Amiinnnn
dooongg...
No comments:
Post a Comment