Ini adalah judul spontan yang muncul saat terjadi obrolan absurd gue dengan seorang teman lama.
Berawal dari sebuah obrolan tentang banjir dan skripsi, akhirnya gue dengan
instan mengatakan kalau judul skripsi gue adalah “malem minggu molen”. Lagi-
lagi dengan spontan semua tertawa terbahak- bahak.
Kenapa coba harus “malem minggu molen”? Apakah itu adalah
plesetan dari sebuah film komedi karya Radityadika yang berjudul “malem minggu miko” ? jawabannya tentu tidak.
“Malem minggu molen” adalah dua variabel yang ternyata saling
mengisi dan bersimbiosis mutualisme. Analisanya itu begini, kita bahas satu per
satu, variabel yang pertama adalah malem minggu, malem minggu boleh jadi bagi
sebagian orang adalah malam yang indah dan “mak
nyuss”, muda mudi memanfaatkan malam minggu untuk nonton bioskop atau makan
malam sama pacar, mungkin bagi orang- orang seperti mereka ini malam minggu
akan menjadi malam yang mengesankan.
Akan tetapi bagaimana yang terjadi terhadap sebagian kaum
yang lain, apalagi kalau bukan kaum jomblo dan Long Distance Relationship
(LDR). Kaum yang ini pada umunya berharap ketika malam minggu hujan akan turun
dengan membabi buta ketika menjelang maghrib hingga tengah malem. Mungkin
mereka akan merasa sebagai kaum yang paling dirugikan dengan adanya malam
minggu ini.
#Hening Sejenak#
Tapi tunggu dulu, mungkin ada sedikit ralat. Tiba- tiba gue
berfikir kalau ternyata nggak ada satu pun kaum yang diuntungkan dengan adanya
malam minggu ini. Lah katanya tadi muda- mudi yang pacaran itu menganggap malam
minggu adalah malam yang indah? Ah ternyata itu nggak juga kok. Bagaimana bisa
disebut indah kalau ternyata jalanan dimalam minggu itu macet banget (khusus
wilayah Jakarta dan sekitarnya), terus duit yang dikeluarin buat nonton bioskop
dan makan malam bagaimana? Bisa- bisa itu adalah duit dari hasil menghemat uang
jajan selama seminggu penuh, udah gitu capeknya juga akibat bermacet- macet ria.
Ya mungkin saja imbalan dari semua itu adalah rasa seneng, tapi kan rasa seneng
itu bisa dicari dengan cara lain yang lebih mudah dan hemat, tanpa harus
bermacet – macet ria dan buang banyak duit.
Oke gue akhirnya menyimpulkan kalau ternyata variabel yang
pertama alias malem minggu itu memilik makna “nggak enak buat siapa saja”.
Entah itu yang pacaran, yang jomblo dan yang LDR , semua dirugikan!! Setuju??
Sekarang ke variabel kedua alias “Molen”. Gue adalah salah
satu penggila molen, setiap mampir ke tukang gorengan gue pasti pesennya hanya
molen saja, selain berisi pisang yang manis, ternyata molen itu memiliki kulit
luar yang renyah dan gurih. Selain itu molen juga merupakan bagian dari
gorengan yang gizinya paling komplit, selain mengandung pisang sebagai bagian
dari buah- buahan (sehat kan pastinya), didalam molen juga ada karbohidrat yang
berasal dari tepung terigu untuk bahan kulit molen, ditambah lagi dengan
harganya yang murah meriah cukup 500 rupiah saja, itulah yang membuat saya semakin terkesima
dengan makhluk yang namanya molen ini.
Ada yang nggak suka sama molen? Gue yakin semua pasti gemar
makan molen, mungkin beli-nya yang nggak suka.
#Nah sekarang bagaimana gue bisa mengambil sebuah analisa
kesimpulan kalau ternyata antara malem minggu dan molen itu saling
menguntungkan?
Mari kita lihat kembali variabel pertama, disitu dijelaskan
dan disimpulkan bahwasanya malem minggu adalah sebuah hal yang ternyata sangat
tidak disukai, karena terbukti merugikan semua pihak (kecuali pihak yang
ditraktir). Akan tetapi meskipun merugikan dan menyengsarakan tidak seorang pun
pisa request untuk hidup tanpa malem minggu, kita nggak bisa minta ke Tuhan
buat ngilangin malem minggu. Oleh karena ituah dibutuhkan sebuah pasangan yang
tepat untuk mengisi malem – malem minggu manusia agar bisa tercapai kesenangan
yang sejati.
Molen kemudian hadir sebagai pasangan tersebut, molen
menjadi solusi untuk menjadi sebuah terobosan agar malam minggu- malam minggu
manusia tidaklah merugikan, akan tetapi bisa lebih menyenangkan.
Prakteknya begini:
#Jomblo
Bagi jomblo- jomblo sejati malam minggu akan menjadi indah
dengan ditemani molen yang hangat sembari nonton TV. Manisnya rasa pisang akan
menjadikan suasana hati menjadi ikut manis.
#LDR
Long Distance Relationship (LDR) atau hubungan jarak jauh yang
biasanya intens dengan telpon- telponan atau whatsappan atau BBm-an atau
Line-an atau wechat-an atau kakau-an. Banyak banget ya atau nya, namanya juga
LDR, ketemu muka nggak, akhirnya social media jadi pelampiasan. Tapi jangan
sering- sering juga, nanti cepat bosan.
#Pacaran
Kalau ada molen ngapain harus ke restaurant mahal? Kalau ada
molen ngapain harus ke bioskop? Kan makan molen udah bisa bikin kenyang, kan
molen bentuknya unik sekali, coba aja lihatin sekat- sekatnya nyenengin banget
lho.. hehe. Cukup saja pacarannya dirumah sambil ditemani molen sembari nonton
televisi lebih “mak nyusss” kan?
Gimana? Benar kan apa kata gue kalau ternyata malem minggu
yang dipadukan dengan molen akan menghasilkan sebuah paduan yang cetar
membahana. Merupakan simbiosis mutualisme yang tidak akan membuat siapapun
rugi. Selamat mencoba, semoga sukses sahabat molen...