Disebuah kamar sempit dengan ukuran 3x4 meter. Suara sesenggukan terdengar begitu nyaring,
tisu- tisu berserakan, bekas usapan air mata.
Tejo, laki- laki 23 tahun dan seorang mahasiswa salah satu
perguruan tinggi swasta di Jakarta. Lagi- lagi dia harus kembali meratapi
nasibnya sebagai laki- laki yang memiliki wajah kurang ganteng, mungkin lebih
tepatnya memang tidak ganteng sama sekali.
Kisah ini bermula ketika disebuah sore hari yang terang dan
indah di situ gintung, ketika tejo sedang jalan- jalan sore dengan si karyo
(motor bebek kesayangannya). Sambil bersiul- siul, melihat- lihat sekeliling
situ gintung, si tejo berfantasi menikmati angin sepoi- sepoi yang membuat
sejuk suasana.
“Brakkkkkk...”
Si karyo menabrak pohon, dan tejo terlihat berkaca- kaca,
air matanya perlahan demi perlahan membasahi pipinya
Gerangan apa yang
terjadi?
Samar- samar di ujung kejauhan sana terlihat seorang gadis
dengan kunciran dua pita dirambutnya sedang berjalan mesra dengan seorang pria yang
tinggi, putih dan terlihat atletis.
Iya, dia adalah mimin, pacar tejo yang sedang berjalan entah sama siapa.
Bagi tejo, mimin adalah satu- satunya orang yang selalu
menyemangati tejo, dan yang lebih penting miminlah satu- satunya makhluk di
planet ini yang mengakui kalau tejo adalah laki- laki yang ganteng. Hemmm,
emaknya tejo aja nggak pernah mengakui kalau tejo itu lelaki ganteng, bahkan
emaknya kalau ditanya tetangga tentang tejo, selalu bilang kayak gini.
“si tejo itu ya gitu, ibarat kata kalau saya lagi panen itu
gagal panen gara- gara hama wereng. Dan werengnya ya si tejo itu”
Dengan tertaih- tatih tejo pun kembali menaiki karyo, motor
kesayangannya tersebut. Dia sangat terpukul dan lelehan air mata masih terus
mengalir.
#sampai rumah
Setelah ngandangin
si Karyo, dengan tertaih- tatih dan sesenggukan
tejo masuk rumah.
“kenapa lu?” tanya ibunya.
Tejo tak bergeming, dia ngeloyor
pergi masuk ke kamar.
“huuuuu huhuuuu huuuu...”
Begitulah suara yang keluar dar mulut karyo, terdengar
sangat nyaring. Dia terus berfikir dengan keras, siapa sebenarnya laki- laki
yang dilihatnya sedang berjalan dengan mimin tadi, ribuan pertanyaan menggelayuti pikirannya.
Apakah mimin sudah tak melihat kegantengan lagi dimuka gue?
Apakah dia sudah kecantol dengan laki- laki ganteng itu?
Apakah mimin sudah menghianati cinta gue?
Tiba- tiba,
“Gladuukkk,,,,”
Tejo, jatuh tersungkur kelantai,
#Ilham datang
Ilham ini yang dimaksud bukan ilham manusia, tapi ilham yg
wahyu eh kok sama aja? Maksud gue ilham itu semacam pencerahan.
Samar- samar tejo berusaha bangkit dari lantai dan berusaha
duduk di kursi sebelah tempat tidurnya.
“okee, gue harus move on. Banyak jalan untuk ke Roma.
Berarti banyak jalan untuk menjadi ganteng.”
Tejo berfikir bahwa dia harus jadi ganteng, dia nggak mau
disebut penyebab gagal panen emaknya,
dia nggak mau disebut hama wereng,
dia juga nggak mau mimin gadis yang dicintainya jatuh kepelukan orang lain.
“gue harus menyusun rencana spektakuler” begitu tekad tejo.
Dia mulai googling
dan searching segala macem tentang
tips- tips agar bisa menjadi ganteng.
Pertama, dia ke dukun! Mbah Marno, seorang dukun tersohor di
kampung sebelah yang katanya bisa mengabulkan segala permintaan orang (muluk-
muluk banget kayaknya).
“selamat malam mbah”
“iya malem juga, apa tujuan anda kesini?”
“anuu mbah, saya
pengen ganteng.. bisa nggak?”
“hahahaha, coba lihat mukamu” mbah tejo mengamati sekat demi
sekat muka tejo.
“woalahhh mukamu ini abstrak sekali yaa.. “
“Jadi gimana mbah? Bisa nggak?”
“loh ya bisa dong, apa yang nggak bisa sama mbah marno... “
“tapi kalau boleh tau, muka mbah marno kok nggak ganteng
yaa? Emang nggak bisa ngedukunin mukanya sendiri?”
Seketika mbah tejo langsung berang, disemprotkannya air liur ke muka tejo. Dan ngumpat- ngumpat
nyuruh tejo keluar dari rumahnya, karena merasa tersinggung dengan omongan
tejo.
“ah, dukun macam apa itu, bikin mukanya sendiri ganteng aja
nggak bisa. Ini semprotan ludah di muka gue bisa semakin membuat muka gue
berantakan nih,,,”
Karena kedukun gagal,
akhirnya dia mau nggak mau harus pake planing
ke dua.
“iya, gue harus operasi plastik...” tekad tejo dalam hati,
“Brangggkkk...”
Celengan berbentuk ayam- ayaman milik tejo langsung pecah
berhamburan.
“lumayan lah ada 75 ribu”
Kemudian dia berencana menjual karyo, lumayan untuk tambahan
modal operasi plastiknya.
Iya, akhirya karyo di jual ke pakhaji. Dan setelah merasa
memiliki uang yang cukup diapun tak sabar untuk segera berangkat operasi
plastik.
#Puskesmas
“emak, tejo minta restunya mak”
“emang lu mau kemana jo?”
“tejo mau operasi plastik mak”
“operasi plastik apaan?”
“udah deh mak, nggak usah bawel..”
Tejo pun langsung menyalami emaknya dan segera berangkat.
Sedangkan emaknya masih ternga- nga bingung operasi plastik itu apaan.
“bapak tejo..” suara recepsionist
memanggil tejo.
“iya mbak..”
“silahkan bapak menuju ruangan sebelah”
Tejo pun dengan semangat melangkah bak deru dalam debu
menuju ruangan yang ditunjukan oleh recepsionist.
“selamat siang dok” sapa tejo.
“iya selamat siang, ada yang bisa saya bantu pak? Apa
keluhan bapak?”
“begini dok, emmm
gimana yaa.. “
“tenang pak, saya sebagai dokter bisa jaga rahasia pasien
kok”
“beginii pak” dengan ragu- ragu tejo akhirnya mengungkapkan
keinginannya.
“nganuu pak, saya
ini pengen operasi plastik”
“maksudnya operasi plastik apaan ya?”
“saya pengen jadi ganteng pak,”
Dengan memegang tangan dokter, tejo menjelaskan kronologis
kisah pahit hidupnya karena menyandang orang tidak ganteng.
“maaf bapak, disini kan puskesmas, jadi nggak bisa operasi
plastik. Kalau bapak pengen operasi plastik ya ke Korea saja”
Perkataan sang dokter bak petir yang menyambar telinga tejo.
Seketika tejo pun langsung lemes lunglai dan kursi yang didudukinya tiba- tiba
tak mampu menahan beban tubuh tejo.
“Brukkkk,,,,”
#kembali ke alam nyata.
Ternyata tamparan emak tejo mampu membangunkan tejo dari
pingsannya. Iya, tadi tejo pingsan akibat jatuh gelundung dari tempat tidurnya.
“lu kenapa jo? Ngigo-
ngigo nggak jelas, bilang mau operasi
plastik segala. Ini ada si mimim”
Dengan masih bingung dan bengong si tejo berusaha untuk
sadar. Ternyata sedari tadi dia hanya bermimpi.
Di lihatnya mimin sedang
berdiri di depannya.
“mimin, lo nggak usah cari laki- laiki lain yang lebih
ganteng dari gue. Gue bakal buktiiin kalau gue bisa lebih ganteng dari laki-
laki itu”
“maksud bang tejo apa?”
“iya, gue bakal ngebuktiin ke lo kalau gue bisa lebih
ganteng dari laki- laki yang lo ajak jalan- jalan ke situ gintung kemaren”
“ckckckckck” mimin
ketawa.
“camkan omongan gue min, gue bakal operasi plasti biar lebih
ganteng. Gue janji min...”
“abang jangan salah paham, itu bukan siapa- siapa bang. Itu
sodara mimin dari kampung, dia lagi liburan kejakarta. Jadi abang nggak perlu
operasi plastik segala, bagi mimin meskipun kata emak abang kayak hama wereng
tapi bagi mimin abang tetep ganteng kok kayak Siwon ”
“Apa min? Kliwon? Kliwon yang monyetnya si Buta dari Goa
Hantu?” Muka tejo berhamburan semakin berantakan.
“hahaha bukan kliwon abang, tapi Siwon yang artis Korea itu
lho..”
Tejo hanya tersenyum- senyum mendengar ucapan mimin. Niatnya
untuk operasi plastik pun mulai sirna.